FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    14 04-2015

    7097

    Menkominfo Minta Masyarakat Laporkan Adanya Praktek Prostitusi di Medsos

    Kategori Berita Kominfo | brs

    Menkominfo Minta Masyarakat Laporkan Adanya Praktek Prostitusi di MedsosJakarta, Kominfo - Industri esek-esek atau disebut juga dengan industri prostitusi, sebagai salah satu industri tertua di dunia, saat ini sudah mulai merambah ke media sosial (Medsos), termasuk media sosial twitter.

    Padahal, platform media sosial seperti Twitter, Facebook, maupun Instagram sebenarnya sudah memasang berbagai aturan agar platform itu digunakan dengan semestinya, seperti misalnya, usia minimal para pengguna adalah 13 tahun.

    Namun demikian, akun di media sosial tersebut justru berprofesi membuka bisnis esek-esek yang kerap disebut dengan akun “Bisyar” alias bisa dibayar, yang biasanya memakai akun alter alias akun bukan nama sebenarnya. Lewat akun tersebut, dibuka transaksi dengan WhatsApp (WA) dan pesan melalui BlackBerry (BBM).

    Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengaku kesulitan untuk membatasi praktek esek-esek atau prostitusi melalui media sosial. Pasalnya, akun media sosial sifatnya milik perorangan sehingga sulit ditindaklanjuti.

    Kalau perorangan susah, yang kita addres sekarang yang sifatnya kepada publik. Tidak seperti situs, yang dikelola dan organisasinya ditujukan kepada publik. Kalau person to person atau orang per orang repot, kata Rudiantara, Senin (13/4).

    Menurutnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) sendiri tidak bisa memantau semua akun media sosial, termasuk konten Twitter di Indonesia. “Kemkominfo hanya bisa menindaklanjuti jika ada laporan dari masyarakat,” ujarnya.

    Namun demikian, Rudiantara menegaskan, Kemkominfo tetap menaruh perhatian atas masalah esek-esek atau prostitusi yang mulai marak di media sosial.

    Rudiantara pun meminta masyarakat untuk melaporkan kepada Kemkominfo jika menemukan praktek prostitusi melalui media sosial yang dianggap meresahkan masyarakat. “Kita juga konsen. Nanti, kita bicarakan di panel meski secara teknis berbeda dengan situs. Kalau Twitter lebih kepada individu,” kata Rudiantara.

    Sementara itu, pemerhati media sosial Nukman Luthfie mengatakan, media sosial dimanfaatkan sebagai inovasi baru, karena cara penggunaannya mudah. Para pelaku industri prostitusi pun jeli melihat kesempatan dan menggunakan media sosial termasuk Twitter sebagai sarana pemasaran. “Karakter industri ini karena selalu mencari celah,” kata Nukman.

    Inovasi baru, menurutnya, selalu dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang terlibat di industri prostitusi dan juga terkait kriminalitas. “Ini karena penggunanya awam, orang banyak yang mencari dengan mudah. Para pelaku industri ini amat jeli memanfaatkan celah. Sekarang tinggal pengguna media sosial saja yang arif menyikapinya,” ujarnya. (Az)

    Berita Terkait

    Kominfo Tingkatkan Jangkauan Komunikasi Publik dengan Jaringan Media Center

    Dirjen Usman Kansong mengharapkan motivasi pemangku kepentingan akan meningkat untuk berkolaborasi dan sinergi dengan Direktorat Pengelolaan Selengkapnya

    Dukung Pemilu 2024 Inklusif, Kominfo Fasilitasi Sulih Bahasa Isyarat Debat Capres dan Cawapres

    Pemerintah memastikan setiap warga negara memiliki kesempatan yang setara untuk berpartisipasi dalam pemilihan politik Pemilu 2024. Selengkapnya

    Menkominfo Ingatkan Masyarakat Hormati Perbedaan Pilihan Politik

    Menkominfo mengajak seluruh komponen bangsa untuk turut menjaga perdamaian dan persatuan bangsa, khususnya ketika beraktivitas di ruang digi Selengkapnya

    Kominfo Mulai Feasibility Study Open RAN di Indonesia

    Keberadaan Open RAN ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi CAPEX dan OPEX pada penggelaran jaringan serta menjadi salah satu opsi dalam Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA