FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    08 08-2015

    3803

    Nyalakan Terus Obor Persatuan

    Kategori Berita Pemerintahan | brs

    Nyalakan Terus Obor PersatuanJalan perubahan adalah jalan ideologis yang bersumber pada Pancasila dan Trisakti. Bangsa ini hanya akan mampu bertahan dalam deraan gelombang sejarah apabila dipandu oleh suatu ideologi sebagai penuntun, sebagai penggerak, sebagai pemersatu perjuangan dan sebagai bintang pengarah.

    Jalan Ideologis adalah jalan yang mengharuskan kita untuk berpihak pada kepentingan rakyat. Sejarah mencatat ketika di tahun 1926, saat Bung Karno menyaksikan bagaimana seorang petani di sebuah desa di Bandung Jawa Barat, yang dengan segala keterbatasannya namun punya semangat juang dalam pantang menyerah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

    Nama petani inilah, Marhaen, yang kemudian diabadikan Bung Karno dalam catatan sejarah Indonesia. Marhaen dijadikan simbol yang menggambarkan bahwa rakyat Indonesia yang hidupnya tertindas namun selalu punya keyakinan untuk hidup berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian Indonesia.

    Ini menjadi isi pidato Presiden Joko Widodo dalam Kongres Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Jumat (7/8) di Jakarta.

    Presiden mengajak semua untuk  mengingat kembali pidato tertulis Bung Karno, Bapak Bangsa dan Proklamator Kemerdekaan, saat membuka Konferensi Besar GMNI di Kaliurang Yogyakarta tanggal 17 Februari 1959.  

    Dalam pidatonya, Bung Karno menegaskan bahwa marhaenis berarti semangat berjuang setiap patriot bangsa yang mengorganisir berjuta-juta kaum Marhaen. Mereka adalah yang bersama-sama dengan tenaga rakyat yang kemudian akan menumbangkan sistem yang menindas, yang tidak berperikemanusiaan dan berperikeadilan. Mereka, yang bersama-sama dengan rakyat, membanting tulang untuk membangun negara dan masyarakat, yang kuat, bahagia sentosa, adil dan makmur.

    Apa yang disampaikan Bung Karno, ujar Presiden Joko Widodo adalah piagam yang sekaligus amanat kepada kita untuk tidak melupakan rakyat, rakyat yang melarat atau yang dimelaratkan.

    “Kita tidak boleh meninggalkan rakyat, para pembantu rumah tangga, pedagang kecil, buruh, petani, guru, hingga tukang cuci pakaian, rakyat di perbatasan dan pulau-pulau terluar, dan rakyat kecil lainya  yang belum sepenuhnya merasakan kemerdekaan dan benar-benar berdaulat dalam arti sesungguhnya. Kita tidak boleh berjarak dengan rakyat, menjadi steril dari rakyat!” tegas Presiden.  

    Namun begitu, ujar Presiden jalan untuk mewujudkan cita-cita sebagai bangsa yang berdaulat, berdikari dan berkepribadian, bukanlah jalan yang mudah. Untuk menempuh jalan perubahan harus melalui jalan yang berliku dan mendaki. Banyak tantangan-tantangan baru yang harus kita hadapi. Misalnya melindungi kedaulatan teritorial yang membentang dari Sabang-Merauke, dari Pulau We sampai Pulau Rote. Harus menjaga laut dari tindakan illegal fishing. Harus mampu menjaga seluruh kekayaan alam yang terkandung dalam bumi pertiwi dari tindakan illegang mining. Menjaga hutan dari illegal logging.

    “Kita juga harus melindungi dan memberi rasa aman pada segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, dari tindakan perdagangan manusia  dan kejahatan kemanusiaan lainnya,” lanjut Presiden.

    Kita, lanjut Presiden, juga menghadapi tantangan sebagai masyarakat majemuk, di mana perbedaan seringkali dijadikan alasan untuk memunculkan konflik horizontal atau tindakan kekerasan dengan mengatas namakan agama, ras ataupun golongan.   

    Generasi muda juga menghadapi bahaya narkorba yang jumlah penggunanya meningkat dari waktu ke waktu. Jumlah kematian akibat penyalahgunaan narkoba sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. 

    Tantangan lainnya, kata Presiden, adalah kemiskinan, keterbelakangan dan ketimpangan. Karena belum semua warga negara memiliki akses listrik. Masih banyak rakyat di kawasan perbatasan dan pulau-pulau terluar belum mendapatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang memadai.

    Namun begitu Presiden yakin bahwa semua tantangan kebangsaan itu bisa dihadapi jika obor persatuan Indonesia terus dinyalakan. Obor optimisme itu harus tetap menyala sebagai bekal untuk menghadapi tantangan-tantangan kebangsaan yang semakin berat dan berliku.

    “Kita harus berani tegas dalam menghadapi ancaman terhadap kepentingan nasional, tanpa kompromi menghadapi para mafia yang merugikan kepenntingan nasional kita. Mulai dari mafia migas, mafia impor sampai mafia illegang fishing,” tutup Presiden. (#indonesiabaik)

    Berita Terkait

    Pemerintah Terus Kebut Persiapan Implementasi GovTech

    Referensi standar harga talenta digital didasarkan hasil dari survei yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika serta telah Selengkapnya

    Indonesia-Turki akan Terus Kerja Sama Bantu Palestina

    Kedua pemimpin juga membahas penguatan kerja sama bilateral dan sepakat untuk mengintensifkan perundingan Indonesia-Turkey Comprehensive Eco Selengkapnya

    Buka ASEAN IIDC, Presiden: ASEAN Harus Jadi Teladan Toleransi dan Persatuan

    Di tengah situasi tersebut, Presiden Joko Widodo meyakini bahwa masyarakat ASEAN justru memiliki semangat keagamaan yang makin meningkat. Selengkapnya

    Wapres Ingatkan MUI Terus Jaga Independensi

    Wapres menekankan agar MUI tegak lurus kepada prinsip-prinsip ajaran islam dan posisi MUI sebagai mitra Pemerintah. Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA