Awas Hoaks! Pengungsi Rohingya Sengaja Dikirim ke Indonesia
Klaim pengungsi Rohingya sengaja dikirim ke Indonesia agar teralihkan dari isu Palestina tidak sesuai fakta. Selengkapnya
Jakarta, Kominfo - Menkominfo Rudiantara menegaskan aturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) 30% untuk ponsel 4G yang bakal diberlakukan pada 1 Januari 2017 bukan berarti memaksa vendor ponsel untuk merelokasi pabriknya ke Indonesia. “Kalau TKDN kita konsepnya hanya merelokasi manufaktur maka kita cuma akan jadi blue collar pada 5-10 tahun ke depan,” kata Menteri Rudiantara pada acara HUT Mastel ke-22 di Ruang Serbaguna Kementerian Kominfo, Jakarta, Selasa (1/12).
Blue collar atau kerah biru yang dimaksud Rudiantara merujuk pada pekerja kasar atau buruh pabrik. Lawan dari blue collar adalah white collar alias kerah putih yang berarti pekerja kantoran atau kerap disebut sebagai pekerja yang punya keterampilan khusus.
Menurut Menteri, unsur kerah putih ini yang sejatinya ingin dimunculkan pemerintah terkait aturan TKDN 4G, agar masyarakat Indonesia tak cuma menjadi buruh pabrik. “Jadi konsepnya harus jelas. Karena di pemikiran teman-teman, TKDN 30% itu hardware jadi bicaranya selalu pabrik, pabrik dan pabrik. Kita harus melihat value. makanya saya bicara ke Kemenperin (Kementerian Perindustrian) bagaimana kita memanfaatkan momentum ini,” ungkap Rudiantara.
Menteri Kominfo mengaku sudah berbicara dengan global brand dan mereka keberatan karena pemikiran mereka adalah merelokasi manufaktur. Ia mencontohkan di Vietnam lebih mudah. "Mau tax insentif dapat, lahan mau di mana disediakan. Di kita gak bisa bos. Makanya di kita, business process-nya diurai,” lanjutnya.
Penguraian tersebut kembali lagi dengan melihat proses dari proses pembuatan ponsel. Yakni dimulai dari aktivitas development yang terdiri dari riset, desain, dan manufaktur. “Manufaktur sendiri ada dua proses, software dan hardware. Kalau TKDN 30% cuma kita jejali hardware manufaktur maka kita cuma akan jadi blue collar," kata Rudiantara
Sebab, lanjut Rudiantara, yang dicari pemilik pabrik dimana-mana adalah harga termurah. “Karena pemain global ini mikirnya, saya gak peduli mau punya pabrik di mana. Yang penting paling murah. Nah di situlah kita tak akan bisa create value," tutur Rudiantara
Rudiantara mengatakan dari Kementerian Pendidikan Tinggi sendiri merilis angka lulusan sarjana setiap tahunnya ada 1 juta orang di Indonesia. Nah, para lulusan sarjana inilah yang sejatinya berpotensi untuk bisa diserap oleh vendor global.
“Ini kita coba bawa ke industri, karena yang bisa mengerti desain lokal adalah orang lokal. Setelah saya bicara ke global brand, ternyata mereka bilang ‘oh gitu loh konsepnya’, jadi jangan langsung menolak dulu,” tutur Rudiantara menjelaskan. (YDR)
Klaim pengungsi Rohingya sengaja dikirim ke Indonesia agar teralihkan dari isu Palestina tidak sesuai fakta. Selengkapnya
Penasihat DWP Kementerian Kominfo berharap peluncuran Kominfo Mart memberikan manfaat besar. Selengkapnya
Peringatan Hari Anak Nasional menjadi momentum yang tepat untuk menggaungkan dan mengingatkan kembali kepada masyarakat terhadap perlindung Selengkapnya
Presidensi G20 Indonesia sukses besar berkat kinerja komunikasi publik yang dilakukan jajaran Kominfo dengan kolaborasi lintas stakeholder b Selengkapnya