FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    19 08-2017

    4288

    Audisi Pertama "Born to Protect", Jaring Bakat Cyber Security Indonesia

    Kategori Berita Kominfo | vera002

    Tangerang, Kominfo- Audisi pertama Program Born to Protect untuk menjaring gladiator-gladiator muda di bidang cyber security resmi digelar di Universitas Gunadarma Karawaci, Tangerang, Sabtu (19/8/2017). Audisi Jakarta itu diikuti oleh 1.100 peserta yang sudah mendaftar melalui website Born To Protect yaitu http://www.borntoprotect.id atau https://m.Facebook.com/BornToProtect/
    Kegiatan pencarian bakat di bidang IT Security seperti Born To Protect ditujukan untuk menjaring bakat di bidang IT/cyber security guna mendukung transformasi digitalisasi, khususnya pengamanan sistem dan infrastruktur teknologi informasi. "Diharapkan dari Born to Protect ini didapatkan bakat-bakat terbaik yang dapat dibina agar suatu hari kelak dapat menjadi SDM yang tangguh untuk menghadapi riuhnya serangan siber, sekaligus terjun langsung mendukung industri-industri ekonomi dalam upaya transformasi digital," papar Direktur Keamanan Informasi Ditjen Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Aidil Chendramata.
    Sesuai Laporan Indonesia Cyber Security Report 2017 yang diterbitkan ID-SIRTII pada tahun 2016 terdapat sebanyak 135,672,948 total serangan. Angka tersebut meningkat lebih dari 50% dibandingkan dengan tahun 2015 dengan jumlah total serangan 89.691.783 serangan. Port terbanyak yang diserang adalah Port 53 yang digunakan untuk mencari domain name system (DNS). Adapun negara sumber serangan terhadap Indonesia terbanyak berasal dari Amerika dengan  jenis serangan terbanyak DDOS.
    Masih menurut data ID-SIRTII serangan paling banyak terjadi pada bulan April 2016 yaitu sebanyak 46.338.965 kali serangan. Sedangkan domain pemerintah (go.id) yang menjadi host phising sebesar 17.73% dan .id 13,64%. "Adapun berbagai bentuk trend serangan dan insiden itu menggunakan instrumen cyberspace sebagai saluran utama dalam melaksanakan tindakannya," papar Direktur Aidil.

    Lebih lanjut menrut Direktur Keamanan Informasi, kebutuhan SDM yang memiliki kemampuan dalam mengatasi ancaman serangan siber di Indonesia sangat tinggi. Sementara jumlah SDM yang tersedia masih sangat minim. "SDM yang dibutuhkan bukan hanya yang memiliki pengetahuan di bidang IT/cyber security saja, tapi juga mereka yang memiliki kualitas, kapasitas, dan kemampuan di bidang IT/cyber security. Untuk itu Born to Protect ini diharapkan mampu menjadi salah satu solusi permasalahan ini," paparnya.

    Born to Protect
    Born to Protect merupakan program untuk menjaring gladiator-gladiator muda di bidang cyber security. Program yang digagas oleh Xynexis dan didukung penuh Kementerian Kominfo ini diharapkan mampu menjaring 10.000 kandidat talent cyber security Indonesia setiap tahunnya. Di akhir setiap program akan terpilih 100 gladiator IT yang akan didik menjadi jagoan cyber security di event Digital Camp selama dua minggu.
    Menurut Kasubid Budaya Keamanan Informasi Intan Rahayu dalam kegiatan Born to Protect akan dilakukan pemeringkatan terhadap bakat-bakat cyber security yang terjaring. "Pemeringkatan talent Cyber Security ini dinilai akan menciptakan kompetisi yang sehat di antara para talent sekaligus mengangkat nilai talent yang berhasil masuk 10.000 talent cyber security paling potensial di Indonesia. Pemeringkatan ini juga diharapkan dapat memunculkan double impact. Mereka menjadi lebih dikenal dunia industri, sebaliknya dunia industri semakin mudah mendapatkan tenaga kerja cyber security yang berkualitas untuk dapat bekerja di instansi mereka," tambah Intan.
    Born To Protect terdiri dalam beberapa rangkaian kegiatan antara lain Hacking Contest, Seminar, Train of Trainers, dan diakhiri dengan Digital Camp untuk peserta yang terpilih. Setelah Jakarta, audisi Born to Protect akan dilaksanakan di 9 kota lainnya, yaitu Medan, Palembang, Bandung, Yogyakarta, Malang, Bali, Makassar, Manado dan Samarinda.
    Pemilihan 10 kota itu berdasarkan penilaian awal bahwa kota-kota ini memiliki potensi talent cyber security yang cukup besar. Munculnya angka 10.000 jumlah gladiator IT Security, muncul dari hitung-hitungan banyaknya lulusan teknologi informasi yang belum bisa terjun langsung memenuhi kebutuhan industri dalam keamanan siber. Dari jumlah ini diharapkan bukan hanya didapatkan bakat-bakat yang mumpuni secara kemampuan/skill saja, tapi juga memiliki passion yang besar di bidang IT security/cyber security. (VE).

    Berita Terkait

    [Berita Foto] DWP Kominfo Gelar Bazar dan Bakti Sosial

    Acara digelar di halaman parkir Kantor Kementerian Kominfo itu akan berlangsung selama tiga hari yakni dari tanggal 12 hingga 14 April 2023 Selengkapnya

    Uang Tertahan di Bank Indonesia? Itu Hoaks!

    Sebagai bank sentral, BI tidak melakukan kegiatan komersial seperti menyimpan uang nasabah atau masyarakat umum seperti bank umum. Selengkapnya

    Bali Digital Fashion Week 2022 Jadi Terobosan Baru Industri Fesyen Indonesia

    Digital fesyen di Indonesia semakin berkembang, diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi ekonomi dan lingkungan Selengkapnya

    Kominfo Siapkan 5G Jadi Pendorong Lompatan Besar Inovasi Digital Indonesia

    Kementerian Komunikasi dan Informatika mengembangkan jaringan telekomunikasi 5G secara komprehensif. Direktur Jenderal Sumber Daya dan Peran Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA