FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    11 10-2017

    4623

    Kebudayaan Nasional Indonesia Menjadi Bintang Europalia 2017

    Kategori Artikel GPR | marroli

    Kemendikbud -- Kebudayaan nasional Indonesia menjadi bintang dalam festival seni dan budaya Europalia tahun 2017. Selama empat bulan, dimulai 10 Oktober 2017 sampai dengan 21 Januari 2018, sebanyak 486 seniman dan budayawan Indonesia akan unjuk kebolehan di tujuh negara Eropa, di antaranya Inggris, Perancis, Jerman, Belanda, Belgia, Austria dan Polandia.

    Setelah melalui tahap seleksi yang ketat, pada tahun 2017, Indonesia terpilih sebagai negara tamu (guest country) di festival seni budaya Europalia yang ke -26. Indonesia menjadi negara keempat di Asia yang dipercaya sebagai negara tamu Europalia setelah Jepang (1989), China (2009), dan India (2013). Kekayaan budaya nasional Indonesia yang sangat beragam menjadi dasar pemilihan Indonesia sebagai negara tamu ke-8 di luar negara-negara Uni Eropa. Dan sebagai negara pertama di kawasan Asia Tenggara yang terpilih menjadi negara tamu, Indonesia mengangkat tema "Heritage, Contemporary, Creation, and Exchange”.

    Kiprah Indonesia sebagai negara tamu di festival seni budaya terbesar di Eropa ini membawa agenda sebanyak 247 karya dan program kegiatan; di antaranya 20 pameran, 71 pertunjukan tari dan teater, 95 pertunjukan musik, apresiasi 34 karya sastra, pemutaran 18 film, dan 9 konferensi.

    Keragaman Sebagai Kekuatan  

    Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menyampaikan bahwa keterlibatan Indonesia dalam Festival Seni Budaya Europalia tahun 2017 akan memperkuat citra Indonesia sebagai negara yang kaya dengan seni dan budaya serta keragaman bahasa dan adat istiadat. “Indonesia akan terus menjadi pembicaraan dunia, bukan hanya kepeduliannya, melainkan juga seni dan budayanya," disampaikan Wapres Jusuf Kalla di Brussel, Belgia (8/10/2017).

    Pada tanggal 10 Oktober 2017, bertempat di Palais Des Beaux Arts, Europalia 2017 secara resmi dibuka oleh Yang Dipertuan Agung Raja Belgia Philippe - Philippe Léopold Louis Marie – dan Ratu Mathilde dan dihadiri oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Turut hadir Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno L.P. Marsudi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, Duta Besar Rebuplik Indonesia untuk Kerajaan Belgia, Keharyapatihan Luxembourg dan Uni Eropa Yuri Thamsin, dan Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid.

    Mendikbud Muhadjir Effendy menyampaikan, Europalia menjadi ajang strategis bagi bangsa Indonesia untuk menunjukkan kekayaan budayanya. Diplomasi budaya Indonesia, menurut Mendikbud, sudah cukup berhasil, kemudian perlu diperkuat agar cakupan resonansinya lebih luas ke seluruh dunia.

    “Orang Eropa sudah sangat mengenal Indonesia tetapi belum tentu mengenal budaya kita secara langsung. Inilah saatnya mereka bersentuhan langsung dengan budaya kita, saatnya mereka memperbincangkan tentang kita dengan perspektif positif sehingga akan memancing keingintahuan lebih lanjut,” diungkapkan Muhadjir dalam pembukaan Europalia di Belgia, Rabu (10/10/2017).

    Sebelumnya, dalam peluncuran partisipasi Indonesia dalam Europalia 2017, Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan, Hilmar Farid, menyampaikan keterlibatan Indonesia di dalam Europalia merupakan kesempatan yang baik untuk menyatakan kepada dunia tentang berbagai potensi Indonesia; termasuk kekuatan untuk hidup dalam keberagaman. Indonesia, menurut Hilmar, para delegasi dan beragam program akan menunjukkan semangat kebinekaan sebagai negara yang majemuk.

    “Kami ingin hadir di Eropa bukan sekadar menampilkan kesenian tapi juga menyatakan kehadiran Indonesia di daratan Eropa, khususnya melalui bahasa kesenian. Ini adalah festival kesenian dengan misi yang multidimensi,” ujarnya (2/9/2017).

    Ditambahkan Dirjen Kebudayaan, bahwa penyelenggaraan Europalia menargetkan tiga aspek kesuksesan, yakni sukses secara penyelenggaran, promosi dan perolehan/manfaat. Menurutnya, keterlibatan Indonesia dalam forum festival internasional diharapkan mampu  memperkuat kembali kerjasama antara Indonesia dan berbagai pihak.

    Rampai Indonesia di Europalia 2017

    Di bidang seni pertunjukan, delegasi Indonesia menghadirkan seniman tari dan seni pertunjukan seperti Darlene Litaay, Eko Supriyanto, Fitri Setyaningsih, I Gede Radiana Putra, Nani Topeng Losari, Otniel Tasman, Saman Gayo, Teater Garasi, Aural Archipelago, dan Silek Tuo. Selain itu, turut menjadi delegasi Indonesia dalam Europalia 2017 di antaranya para musisi seperti David Tarigan, DJ Bayu, Filastine, Jogja Hip Hop Foundation, Karinding Attack, Mataniari, Saluat Dendang, Svara Samsara, juga Voice of Papua. Para sastrawan yang turut dalam delegasi di antaranya terdapat nama seperti Ayu Utami, Godi Suwarna, Iksaka Banu, Lily Yulianti Farid, Margareta Astaman, dan Zubaidah Djohar.

    Selain pertunjukkan seni tari, musik dan teater, diplomasi budaya Indonesia dalam Europalia 2017 akan memamerkan berbagai artefak yang diharapkan dapat memberikan gambaran tentang sejarah kebudayaan nasional yang sangat kaya dan tak ternilai. Setidaknya 400 artefak yang dipinjam dari Museum Nasional Indonesia, museum-museum di daerah, hingga koleksi pribadi menjadi andalan dalam pameran “Ancestors and Rituals”, pameran “Archipel”. Selain itu, Indonesia juga memamerkan arsip dan karya seni rupa di dalam gelaran “Power and Other Things”.

    Pameran “Ancestors and Rituals” yang diselenggarakan di Bozar, Brussels, Belgia menampilkan aneka ragam artefak yang berasal dari zaman pra-sejarah; zaman Hindu-Budha; dan zaman Islam, kolonialisme dan kemerdekaan. Sebagai bangsa yang yang menghargai sejarah, masyarakat Indonesia memiliki cara berbeda-beda untuk mengungkapkan kedekatan hubungan dengan nenek moyang dan cara menghormati leluhur. Bukan dimaksudkan untuk menampilkan hal-hal yang bersifat magis, kuno atau primitif, namun pameran ini menjadi sarana untuk menunjukkan kearifan lokal masyarakat Indonesia.  

    Pameran “Archipel” yang memamerkan kebesaran budaya maritim Indonesia diselenggarakan di La Boverie, Liege, Belgia. Pameran ini mencerminkan gugusan-gugusan pulau khatulistiwa yang disatukan oleh laut, hubungan antarpulau terwujud dalam berbagai teknologi perkapalan, pengetahuan navigasi, serta aneka ragam tradisi. Pameran ini akan dibagi ke dalam beberapa struktur, di antaranya Maritime Nation; Trade Route Unite the Nation; Nusantara-India Maritime Kingdom; Maritime in the Central of Archipelago; Padrao, Marking the Entrance of European Culture; Astronomy and Maritime; Mode of Transportation; Maritime Ethnic Groups.

    Pameran seni rupa modern dan kontemporer Indonesia bertajuk “Power and Other Things” diikuti 11 seniman Indonesia dan empat seniman internasional. Diadakan juga di Bozar, Belgia, pameran ini dibagi dalam tiga bagian, yakni bagian pertama menghadirkan karya dari abad 19 hingga awal kemerdekaan yang menunjukkan kompleksitas pertalian identitas dan bangsa. Bagian kedua menampilkan arsip mengenai perkembangan seni rupa Indonesia selama masa pendudukan Jepang (1942-1945) yang menjadi masa-masa genting yang jarang diperiksa dalam kajian sejarah seni rupa Indonesia. Sedangkan bagian ketiga menghadirkan karya seni kontemporer. Ketiga bagian di dalam pameran ini akan mengajak seniman, peneliti, akademisi, untuk memeriksa masa lalu, dan mengajukan proposisi mengenai berbabagi kondisi potensial bagi masa depan yang lebih baik.

    Pameran bersama karya arsitektur bertajuk “Lalu, Kini” menghadirkan karya Faisal Habibi dan Eko Prawoto. Komik karya Sheila Rooswita dan mural karya Yudha Sandy juga turut memeriahkan Europalia. 

    Beberapa film karya anak bangsa diputar di berbagai layar sepanjang gelaran Europalia 2017. Film dengan tema perempuan yang diputar di ajang Europalia di antaranya Berbagi Suami (Love For Share), Perempuan Punya Cerita (Chants of Lotus), Siti, Pingitan (Seclusion), Athirah (Mother), Calalai (In Betweeness), Sendiri Dianan Sendiri (Following Diana), Tana Mama (Mama’s Soil), dan Tiga Dara (Three Maidens). Lima film bertema anak yang akan diputar adalah Laskar Pelangi (The Rainbow Troops), Sang Pemimpi (The Dreamer), Jermal, Salawaku, dan Atambua.

    Beberapa film dengan tema kuliner yang turut diputar, di antaranya Tabula Rasa, Cita-Citaku setinggi Tanah (Stepping On The Flying Grass), dan Banda. Untuk tema arthouse berjumlah dua film seperti Opera Jawa (Requiem From Java) dan Postcards From The Zoo. Sedangkan untuk tema religi, terdapat film 3 Doa 3 Cinta (Pesantren: 3 Wishes 3 Loves), Tanda Tanya (?), Lewat Sepertiga Malam (After A Third Of Night), Mencari Hilal (Crescent Moon), dan Bangkit dari Bayangan (Rising from the Shadows).

    Nama-nama besar turut terlibat sebagai kurator dari Indonesia, di antaranya adalah Daud A. Tanudirdjo (ancestors), Enin S. & Riksa A. (power and other things), Hikmat Darmawan (comics), Danny Wicaksono (architecture), M. Cahyo Novianto (lecture on city development), Stanley Wangsadiharja (university to university project), Melani Budianta (literature), Nan Achnas (movie), Alia Swastika (contemporary projects), Vita Datau (gastronomy), Sal Murgiyanto (dance), Ubiet Ina Raseuki (music), dan Afrizal Malna (theatre). (*)

    #IndonesiaDiEuropalia

    #EuropaliaID

    www.europalia.id

     

     

    disiapkan Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kemendikbud dan Tim Komunikasi Pemerintah Kemkominfo

    Berita Terkait

    Jalan Pintas Memopulerkan Produk Indonesia ke Dunia Lewat KTT G20

    Selengkapnya

    G20 Hasilkan Kerjasama Bilateral Indonesia-Turki

    Selengkapnya

    Batik Sarat Makna Para Menteri Indonesia di KTT G20

    Selengkapnya

    Tanaman Obat Indonesia Mendunia

    Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA