FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    12 12-2017

    7069

    Ujaran Kebencian Picu Generasi Muda Jadi Intoleran dan Diskriminatif

    Kategori Sorotan Media | Ayu Yuliani
    Peneliti Maarif Institute Khelmy K. Pribadi saat menjadi pembicara dalam seminar pelatihan #1nDONEsia: Cerdas Bermedia Sosial yang digagas oleh YouTube Creators for Change dan Maarif Institute, di UOB Plaza, Jakarta Pusat, Jumat (8/12/2017)

    Peneliti Maarif Institute Khelmy K. Pribadi menuturkan bahwa konten negatif yang menyebar di media sosial berupa ujaran kebencian, berita bohong dan sentimen bernada SARA (suku, ras dan agama), berdampak besar pada pola pikir maupun sikap generasi muda, terutama di tingkat Sekolah Menengah Atas.

    Menurut Khelmy, seorang remaja yang sering terpapar konten negatif cenderung memiliki sikap yang intoleran terhadap orang-orang dengan latar belakang berbeda.

    " Ujaran kebencian memiliki dampak yang besar bagi anak-anak muda untuk bertindak intoleran. Konten negatif di internet itu sangat menunjang terjadinya tindakan intoleransi dan diskriminasi," ujar Khelmy saat menjadi pembicara dalam seminar pelatihan '#1nDONEsia: Cerdas Bermedia Sosial' yang digagas oleh YouTube Creators for Change dan Maarif Institute, di UOB Plaza, Jakarta Pusat, Jumat (8/12/2017).

    Khelmy mengatakan, menguatnya isu SARA belakangan ini, seperti pribumi dan non-pribumi, mendorong cara pandang yang negatif terhadap perbedaan.

    Hal tersebut tentu mengkhawatirkan, mengingat generasi muda telah menjadikan internet sebagai sebagai sumber rujukan utama dalam mencari informasi.

    "Isu SARA seperti pribumi dan non pribumi itu punya dampak bagi anak-anak muda dalam memandang orang-orang yang berbeda," tuturnya.

    Oleh sebab itu Khelmy menilai harus ada upaya lintas sektoral untuk membanjiri internet dan media sosial dengan konten-konten yang positif.

    Hal tersebut perlu dilakukan sebagai counter terhadap maraknya penyebaran konten negatif.

    Artinya, anak-anak muda harus didorong untuk memproduksi dan membagikan konten positif secara online.

    Menurut Khelmy, memperkuat opini dan narasi alternatif oleh generasi muda merupakan cara yang efektif dalam melawan ujaran kebencian.

    "Memang perkembangan atau penyebaran konten positif memang tidak sepesat penyebaran konten negatif," ucapnya.

    Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika, sepanjang tahun 2017 tercatat ada 13.829 konten negatif berupa ujaran kebencian yang marak di media sosial, 6.973 berita bohong dan 13.120 konten pornografi.

    Selain itu, hingga 18 September 2017 terdapat 782.316 situs yang telah diblokir oleh pemerintah.

    Sumber: http://nasional.kompas.com/read/2017/12/08/18445061/ujaran-kebencian-picu-generasi-muda-jadi-intoleran-dan-diskriminatif

    Berita Terkait

    Hari Nusantara Jadi Momentum Akselerasi Transformasi Digital

    Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) RI Johnny G. Plate mengatakan bahwa Hari Nusantara yang jatuh pada Minggu (13/12) dapat menj Selengkapnya

    Menkominfo: Informasi Vaksin Covid akan Disampaikan Akurat

    Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengatakan, informasi terkait kedatangan vaksin akan disampaikan kepada masyarakat secara Selengkapnya

    Platform Aduan ASN Terima 77 Aduan, Paling Banyak Soal Intoleransi

    Portal untuk mengadukan Aparatur Sipil Negara (ASN) hasil kerjasama 11 Kementerian dan Lembaga, aduanasn.id yang diluncurkan dua pekan lalu, Selengkapnya

    Kemenkominfo Gelar Konvensi Pos dan Informatika

    Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggelar konvensi dengan tema Kolaborasi Pemerintah dan Industri dalam Mendukung Ekon Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA