FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    13 12-2017

    3907

    Membangun Kepekaan Bersosial Media pada Generasi Muda

    Kategori Sorotan Media | Steffani Dina
    Foto : istimewa

    Sosial media (sosmed) berbasis internet sebagai media baru dalam kehidupan dianggap lebih efektif membangun komunikasi dan interaksi di kalangan masyarakat khususnya generasi muda. Melalui wadah bercengkerama baru, kita mudah mendapatkan beragam informasi dengan cepat, murah, dan mudah.

    Miskin pulsa namun kaya kuota merupakan istilah baru yang lahir di era digitalisasi ini. Kita saat ini seakan dituntut untuk selalu memiliki banyak kuota, sedangkan pulsa hanya diposisikan sebagai ‘modal’ membeli kuota saja.

    Memiliki sedikit pulsa pun kini bukan lah persoalan, karena aktivitas komunikasi sudah berubah, ke arah baru yaitu berbasis sosmed, kondisi ini sesuai dengan temuan Asosiasi Pengusaha Jasa Internet Indonesia (APJII) 2016 yang menjelaskan penetrasi pengguna internet di Indonesia menunjukkan hasil yang semakin signifikan dengan aktivitas komunikasi masyarakat.

    Tercatat ada sekitar 132,7 juta jiwa masyarakat Indonesia yang menggunakan internet. Data ini dihitung dari jumlah total penduduk Indonesia pada 2016 sebanyak 256,2 juta orang, dengan perbandingan 52,5 persen laki-laki dan 47,5 persen pengguna perempuan. Data tesebut menjelaskan bahwa saat ini internet sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

    Kendati demikian cara-cara baru pola komunikasi, mendapat dan memberi informasi tidak seutuhnya baik, ada hal yang perlu diedukasi sekaligus proteksi khususnya pada generasi muda dari paparan internet yang mengandung muatan negatif hingga perpecahan bangsa. Karena itu, kesadaran kritis pada generasi muda terhadap muatan-muatan informasi di media sosial harus diperkuat lewat penguatan cerdas bermedia sosial.

    Dalam acara bertajuk, #1ndonesia: ‘Cerdas Bermedia Sosial’ yang digagas Youtube dan Maarif Institute, yang juga memperoleh dukungan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kepolisian RI, mengungkap intoleransi di Indonesia sangat dipengaruhi secara daring di sosial media.

    Hal tersebut diungkap dalam paparan hasil riset Maarif Institute yang melibatkan sekitar 800 pelajar SMA di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Semarang. Direktur Maarif Institute, Khelmy Pribadi, menguak paparan internet menjadi faktor dominan yang menyebabkan sikap intoleran atau sekitar 63 persen.

    Khelmy mengatakan medsos saat ini membuat orang lebih mudah terpapar oleh informasi berkonten negatif. “Mekanisme verifikasi data dan berita tidak dilakukan sehingga orang tidak dapat membedakan informasi benar dan salah,” jelasnya. Problem berikutnya ialah intoleransi, pikiran negatif, kemudian ujaran kebencian akan muncul. “Karena terprovokasi oleh informasi yang tidak jelas, yang akhirnya melakukan aksi online maupun offline,” ujarnya.

    Untuk memcah persoalan itu, solusi yang perlu dihadirkan ialah membuat narasi alternatif berupa konten positif guna melawan ujaran kebencian atau intoleransi di sosial media, Khelmy dalam risetnya menemukan 79 persen pelajar percaya cara tersebut dapat efektif dilakukan.

    Melalui temuan itu Maarif Institute kemudian membuat seminar konten positif sebagai bagian dari program ‘Creators for Change Indonesia’ bersama Google di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya dengan melibatkan para pelajar. Hasilnya, 84 persen pelajar setelah diberi workshop berkeinginan membuat konten positif. Hanya 10 persen yang menjawab tidak dan 6 persen menjawab tidak tahu.

    Dari hasil riset juga diketahui, kegiatan itu secara khusus berdampak positif. Khelmy mengatakan, setelah diberi pemahaman, pelajar terdorong untuk berbicara kepada lingkungan mengenai ujaran kebencian sehingga mereka lebih percaya diri melawan ujaran kebencian. ima/R-1

    Selain itu, Youtube bersama Maarif Institute juga menggelar pelatihan “#1nDONEsia: Cerdas Bermedia Sosial, yaitu sebuah pelatihan membuat video kreasi, yang bertujuan agar generasi muda bangsa bisa menyebarkan lebih banyak konten positif.

    Kepala Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Google Indonesia, Shinto Nugroho, menjelaskan, Indonesia terpilih menjadi satu dari 10 negara untuk melaksanakan program dengan menggandeng Cameo Project yang aktif membuat video konten positif di Youtube yaitu Martin Anugrah, Andry Ganda, Bobby Tarigan, Reza Nangin, Steve Pattinama, serta Yosi Mokalu.

    Melalui program pelatihan ini, melatih lebih dari 2.000 pelajar di 100 SMA/SMK yang tersebar di 10 kota yakni Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Medan, Surabaya, Semarang, Bali, Pontianak, Ambon dan Makasar. “Kenapa kami mengadakan acara ini, karena kami belajar, membuat konten berkualitas adalah misi dari YouTube. Memperkuat suara YouTubers untuk mendatangkan perubahan sosial,” kata Shinto.

    Sementara itu, menurut Dirjen Aplikasi Informatika Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, menjelaskan diperlukan penanganan dari hulu ke hilir. Dari hulu berupa gerakan edukasi untuk meningkatkan literasi digital di masyarakat. Sedangkan di hilir, caranya dengan mengontrol konten di internet.

    Saat ini, tutur Samuel, jumlah pengguna internet di Indonesia 132 juta dan 106 juta di antara mereka merupakan pengguna sosial media. Namun, penggunaan sosial media tanpa peningkatan literasi digital akan memunculkan masalah. “Berdasarkan riset Centre for International Governance Innovation (CIGI) 2016, sebanyak 65 persen penduduk indonesia percaya dengan yang dibaca di internet. Padahal, belum tentu informasi itu benar,” ucap Semuel.

    Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen (Pol) Setyo Wasisto pada kesempatan yang sama mengatakan, Polri mengajak masyarakat untuk berinternet sehat. Ada tiga hal yang harus dipahami dalam berinternet sehat.

    Pertama, apakah konten yang dilihat atau dibaca masuk logika atau tidak. “Kalau tidak masuk logika, ya jangan di-share. Kedua, apakah konten yang dilihat atau dibaca beretika. Dan ketiga dari segi estetika, apabila tidak memenuhi unsur estetika, sangat disarankan untuk tidak disebarluaskan,” jelas Setyo. ima/R-1

    Sumber: http://www.koran-jakarta.com/membangun-kepekaan-bersosial-media-pada-generasi-muda/

    Berita Terkait

    Menkominfo: Natal 2020 Tumbuhkan Kepekaan terhadap Sesama

    Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate mengatakan, perayaan Natal tahun 2020 mengajarkan kasih dan kepekaan terhadap Selengkapnya

    Pemerintah Lakukan Transformasi Digital Melalui Empat Pilar

    Untuk memaksimalkan potensi bangsa dalam ekonomi digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika tengah membangun infrastruktur digital yang Selengkapnya

    Pemerintah Lakukan Transformasi Digital Melalui Empat Pilar

    Untuk memaksimalkan potensi bangsa dalam ekonomi digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika tengah membangun infrastruktur digital yang Selengkapnya

    UMKM Didorong Berbasis Digital di Era Pandemi

    Di masa pandemi, pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah perlu berpindah ke ruang digital agar bisa menjangkau pasar yang lebih luas, ba Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA