FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    19 01-2018

    3478

    "Sharing Economy" Tumbuh di Tengah Ketidakefisienan

    Kategori Berita Kominfo | daon001

    Jakarta, Kominfo - Saat ini dunia bisnis Indonesia tengah semarak dengan model bisnis ‘sharing economy’. Salah satunya terlihat dari peningkatan on-demand applications (aplikasi) dan menyebabkan disrupsi. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan sharing economy akan bertumbuh di sektor ekonomi yang masih terjadi ketidakefisienan.
    "Masyarakat akan memanfaatkan model bisnis sharing economy untuk mengatasi ketidakefisienan. Di Indonesia, banyak perusahaan teknologi yang mengadopsi model bisnis ini. Awalnya popular di sektor transportasi, seperti Go-Jek, Uber dan Airbnb, yang kini telah menjadi popular di sektor wisata," katanya dalam Seminar “Indonesia Outlook: How W Strive in Sharing Economy Era?" di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (17/01/2018).
    Menteri Rudiantara menyontohkan AirBnB yang berupaya menghubungkan pihak yang membutuhkan akomodasi dengan pihak yang berusaha menyewakan tempatnya. "Di Indonesia, kita juga punya platform serupa seperti Airyroom. Platform-platform ini memberikan solusi,” jelasnya.
    Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara memberikan Keynote Speech pada saat peluncuran The Insider Stories dan TIS Intelligence. Acara peluncuran tersebut juga dihadiri oleh Wakil Kepala Badan Kreatif Nasional (BeKraf) Ricky Pesik, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Samsul Hidayat, dan Lead Economist TIS Intelligence, Henry BL Toruan.

    Peluang Indonesia
    Sharing economy merupakan istilah dengan berbagai macam makna, mulai dari open source, online collaboration, file sharing, hingga peer-to-peer transaction. "Dari perspektif ekonomi, sharing economy atau collaborative consumption adalah sebuah proses mengoptimalisasi sumber daya melalui sebuah sistem teknologi," papar Henry BL Toruan, ekonom TIS Intelligence.
    Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki peluang besar pengembangan sharing economy. Makin banyak peluang bisnis dan investasi yang akan terbuka di negara dengan jumlah penduduk 252 juta ini, sebuah negara dengan terbesar di Asia Tenggara.
    Kondisi itu memungkinkan bertumbuhnya bisnis informasi yang terpercaya dan terbaru guna memenuhi kebutuhan investor, baik global maupun lokal. “Kami secara prinsip adalah jembatan yang menghubungkan investor, komunitas bisnis dan pembuat kebjakan (pemerintah). Kami juga aktif di lintas sektor, terutama digital dan  events (seminar dan konferensi),” ujar Linda Silaen, pendiri Insider network saat peluncuran The Insider Stories dan TIS Intelligence sebelum pelaksanaan seminar.
    Portal berita The Insider Stories (wwww.theinsiderstories.com) dan TIS Intelligence merupakan sebuah unit layanan baru dari Insider Network, yang menyajikan riset yang terbaru. (ddh)

    Berita Terkait

    BMKG Peringatkan Tsunami di NTT? Itu Disinformasi!

    Beredar unggahan di media sosial Facebook yang mengklaim bahwa Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan a Selengkapnya

    Mendulang Nilai Ekonomi Sampah di Masa Pandemi

    Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo Septriana Tangkary m Selengkapnya

    Butuh Strategi Komprehensif Agar Pariwisata Tetap Tumbuh di Tengah Pandemi

    Strategi komunikasi publik yang disusun secara komprehensif perlu dirumuskan seluruh pemangku kepentingan sektor pariwisata. Menurut Direktu Selengkapnya

    Awas Disinformasi, Rumah Sakit Blambangan Tidak Terima Pasien!

    Sebuah akun media sosial mengunggah konten berisi pengumuman bahwa mulai tanggal 14 - 20 September 2020, IGD Rumah Sakit Blambangan Banyuwan Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA