FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    19 03-2018

    2816

    Kini Warga Tolo’oi Tak Perlu ke Gunung Cari Sinyal

    Kategori Berita Kominfo | Viska

    Sumbawa, Kominfo - Sinar matahari pagi itu mulai merekah di Desa Tolo'oi, Kecamatan Tarano, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Sejumlah warga mulai beraktivitas, ada anak-anak berlarian mendekati beberapa mobil yang parkir dekat tanah lapang. Mobil itu terletak dekat pagar yang mengitari kompleks bangunan menara penerima dan pemancar. Bangunan tampak masih baru dibangun, menempati salah satu sudut tanah lapang desa. Beberapa pria tampak sibuk melakukan pemeriksaan perangkat yang baru dipasang beberapa waktu lalu.

    Namanya Muhammad Fauzi (36). Salah satu petani muda meski rambutnya sudah mulai dihiasi uban.  Ia menggambarkan kondisi desa tempat tinggalnya sebagai daerah termiskin di Kecamatan Tarano. “Desa Tolo’oi ini desa terujung di Kabupaten Sumbawa. Dan merupakan desa termiskin di Kecamatan Tarano. Jarak desa ini dari pusat pemerintahan kabupaten sekitar 200 Km lebih. Dan jalan akses ke desa ini satu-satunya melalui Kabupaten Dompu," tuturnya.

    Kisah desa yang terpencil itu juga dituturkan Mantri Puskesmas Pembantu (Pustu) Tolo’oi, Imam Marwadi (47). Pria pendatang yang bertugas membantu penanganan masalah kesehatan warga Desa Tolo'oi itu berkisah tentang sulitnya kondisi yang dihadapi warga desa.

    "Selama ini masyarakat desa untuk dapat berkomunikasi dengan daerah lain berkomunikasi dengan orang luar dengan cara naik ke atas gunung, di situ nanti ada sinyal. Kalau dalam keadaan gawat darurat, kita berusaha secepat mungkin lari ke sana untuk menghubungi Puskesmas,” jelasnya seraya merinci jarak tempuh antara desa dengan puncak gunung sekitar 2 Km.

    "Jarak dari tempat kami ke tempat yang biasa dipakai untuk berkomunikasi di atas gunung itu sekitar 2 km. Jalannya berbatuan terjal yang kalau pakai motor kemungkinan nggak bisa sampai sana. Harus jalan kaki," kenangnya.

    Jika ada pasien dengan kondisi gawat, Imam berkisah, petugas medis baru tahu ketika salah satu anggota keluarga pasien datang langsung ke Pustu. “Dulu jika ada pasien gawat, keluarga pasien datang ke Pustu memberi tahu kita keadaan pasien dan kita pun datang ke sana," tuturnya.

    Pria pendatang yang memeriksa bangunan menara dan parabola itu memastikan setiap perangkat bisa beroperasi. Tower telekomunikasi atau Base Transceiver Station (BTS) 4G itu memang sudah beroperasi beberapa waktu.


    "Sekarang setelah ada BTS, jaringan yang bagus ini, mereka bisa telepon dari rumah meminta tolong kita untuk datang ke rumahnya kalau memang keadaan gawat," kata Imam antusias berkisah soal kemudahan yang dirasakan warga dalam berobat.

    "Alhamdulillah pasien juga bisa 24 jam menghubungi kita, dan nggak perlu lagi naik ke atas bukit untuk meminta konsultasi atau berkomunikasi dengan Puskesmas ataupun dokter,” kisahnya dengan semangat membuncah tampak dari wajahnya.

    Tak Perlu Cari Sinyal Lagi
    Kehadiran BTS 4G seolah mengubah kehidupan warga desa. Tak hanya ketika kondisi kegawatan atau konsultasi kesehatan. Seperti dirasakan oleh Fauzi, kehadiran BTS menjadikan transformasi luar biasa bagi warga desa.

    "Sebelum ini, informasi seperti barang langka bagi kami. Bahkan dulu, saya mengalami untuk berkomunikasi dengan kerabat yang ada di luar itu harus naik pohon. Harus cari titik-titik sinyal yang ada di tanah lapang. Ini susah," kenangnya menegaskan uraian sang Mantri Kesehatan.


    Tapi dengan adanya sinyal BTS 4G yang terpancar dari kawasan bangunan parabola dan menara itu, Desa Tolo'oi dinilai Fauzi mengalami kemajuan yang luar biasa. "Transformasi yang luar biasa bagi saya dan masyarakat Desa Tolo’oi ini,” ungkapnya usai peresemian Tower BTS 4G oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Sabtu (19/03/2018) pekan lalu di tempat yang sama, Desa Tolo'oi.

    Menurut Fauzi, terbukanya akses informasi berpengaruh pada proses jual beli hasil produksi petani desa yang dominan berupa jagung. “Masyarakat setelah ada informasi semakin peka, inovasinya terbuka, mindsetnya terbuka. Sekarang orang tidak bisa tipu harga jagung, kita sudah bisa akses informasinya berapa harga jagung, harga di gudang," paparnya.

    Bahkan Fauzi menyatakan transformasi itu membuat proses jual beli petani makin sederhana. "Dulu kita pesan pupuk itu harus langsung ke toko, sekarang sudah bisa telepon. Bahkan untuk jual jagung. Kalau dulu kita harus cari dulu pengusaha, di mana tempatnya, baru kita ajak ke Tolo'oi. Sekarang simple sekali. Bahkan jumlah barang bisa kita dokumentasikan dan kita lihat langsung, ini dampak positif luar biasa bagi kami tentunya sebagai petani," jelasnya.

    Bagi Imam yang bukan warga asli Tolo’oi, keberadaan BTS membantunya dalam berkomunikasi. "Dengan keluarga di seberang pulau tanpa harus lagi naik ke atas gunung untuk mencari sinyal telekomunikasi," selorohnya.

    Sementara bagi Fauzi yang lahir dan besar di Desa Tolo’oi, keberadaan BTS membuat petani akan menjadi maju. "Kita ke depan menurut saya akan semakin maju, semakin membuka inovasi dan wawasan bagi kami. Bukan hanya di sektor pertanian, sektor lainnya juga,” tuturnya optimistis.

    Kisah Fauzi dan Imam menjadi penanda manfaat kehadiran BTS 4G di desa terpencil. Pembangunan BTS yang dapat membuka akses layanan publik lebih mudah, mendorong inovasi dan mengurangi kesenjangan akses telekomunikasi. Kini warga Desa Tolo’oi tak perlu lagi bersusah payah naik ke gunung untuk sekadar mencari sinyal telekomunikasi.

    Tak berlebihan jika Menteri Kominfo Rudiantara berharap keberadaan BTS 4G akan memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi sekaligus mempromosikan hasil produksinya secara cepat. “Sebelumnya, masyarakat hanya bisa menelepon dan kirim sms, tapi sekarang sudah bisa kirim foto, bisa menggunakan medsos. Apalagi mau panen jagung, sekarang bisa dipotret saja, dan tunjukkan ini siap dipanen. Itu salah satu manfaatnya," jelas Menkominfo. (VY)

    Berita Terkait

    Awas Hoaks! Video Pemulangan Pengungsi Rohingya

    Hasil penelusuran Tim AIS Kementerian Komunikasi dan Informatika menemukan fakta klaim narasi pada video tersebut keliru. Selengkapnya

    Jadi Garda Terdepan, Menteri Johnny: PSE Perlu Siapkan Sistem Keamanan Paripurna

    Menkominfo mendorong pelaku fintech untuk memanfaatkan fasilitas autentikasi elektronik oleh Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSrE). Selengkapnya

    Dorong Sinergi Belanja Teknologi untuk Percepat Implementasi SPBE

    Kementerian Komunikasi dan Informatika mendorong setiap instansi pemerintah menyinergikan belanja teknologi. Direktur Jenderal Aplikasi Inf Selengkapnya

    Menkominfo: Jaringan 4G Tetap Jadi Tulang Punggung Ekonomi Nasional

    Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate menegaskan jaringan 4G dan 4G Long Term Evolution (LTE) tetap akan menjadi tulang punggun Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA