FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    13 04-2018

    1395

    Alasan Menkominfo layangkan SP kedua ke Facebook

    Kategori Sorotan Media | daon001

    Merdeka.com - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara menjelaskan kembali perihal Surat Peringatan tertulis Kedua (SP II) kepada Facebook. SP II tersebut dikeluarkan lantaran pemerintah menemukan adanya aplikasi yang serupa Cambridge Analytica (CA) yakni CubeYou dan AgregateIQ.

    "Makanya, kemarin kami keluarkan SP tambahan. Karena justru kami mengenali ada aplikasi yang mirip itu. Mereka juga kan katanya lagi melakukan audit hanya saya belum tahu kapan selesai auditnya," jelasnya saat ditemui awak media di Gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Jakarta, Rabu (11/4).

    Sebagaimana diketahui, Facebook tengah melakukan audit internal terkait masalah ini. Audit yang dimaksudkan itu adalah melakukan pengecekan aplikasi dari pihak ketiga yang bekerja sama dengan media sosial besutan Mark Zuckerberg.

    Menkominfo sendiri tidak memberikan keterangan pasti sampai kapan batas waktu dari SP II ini. Hanya saja, posisi pemerintah saat ini menunggu penjelasan melalui surat balasan dari Facebook terkait SP yang ditingkatkan tersebut.

    "Tungguin aja lah. Peraturan Kemkominfo, sanksi dimulai dari teguran lisan, yang saya sudah tegur sendiri, sekitar 3 minggu lalu. Kemudian, peringatan tertulis. Setelah itu nantinya pemutusan pengoperasian sementara," ungkap dia.

    Asal muasal kebocoran masif data Facebook ini diungkap oleh Christopher Wylie, mantan kepala riset Cambridge Analytica, pada koran Inggris, The Guardian, Maret 2018 lalu. Menggunakan aplikasi survei kepribadian yang dikembangkan Global Science Research (GSR) milik peneliti Universitas Cambridge, Aleksandr Kogan, data pribadi puluhan juta pengguna Facebook berhasil dikumpulkan dengan kedok riset akademis.

    Data itulah yang secara ilegal dijual pada Cambridge Analytica dan kemudian digunakan untuk mendesain iklan politik yang mampu mempengaruhi emosi pemilih. Konsultan politik ini bahkan menyebarkan isu, kabar palsu dan hoaks untuk mempengaruhi pilihan politik warga. Induk perusahaan Cambridge Analytica yakni Strategic Communication Laboratories Group (SCL) sudah malang melintang mempengaruhi pemilihan di 40 negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

    Sebagaimana diketahui, berdasarkan siaran pers Facebook, Rabu (4/4), mereka mengakui bahwa terdapat 87 juta data yang dimungkinkan disalahgunakan oleh CA. Dari 87 juta data yang kebobolan, sebagian besar adalah pengguna Facebook dari Amerika Serikat atau sekitar 81,6 persen data disalahgunakan. Selain Amerika Serikat, ada beberapa negara termasuk Indonesia.

    Indonesia masuk urutan ketiga data yang disalahgunakan. Sekitar 1,3 persen dari 87 juta. Di atas Indonesia, ada Filipina yang kemungkinan besar penyalahgunaan data pengguna dari negeri itu sekitar 1,4 persen. Selain ketiga negara itu di antaranya Inggris, Mexico, Kanada, India, Brazil, Vietnam, dan Australia.

    Sumber Berita : merdeka.com

    Berita Terkait

    Peran BAKTI Kominfo Mulai Dirasakan Publik

    Badan Aksesbilitas Telekomunikasi dan Informasi atau BAKTI Kominfo memikul tanggung jawab memperluas akses internet dan memperkuat infrastru Selengkapnya

    Yayasan BAKTI Kominfo Salurkan Bantuan Paket Data kepada Korban Banjir

    Yayasan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Indonesia memberikan sejum Selengkapnya

    Menkominfo Ajak Warganet Sebar Hal Positif di Dunia Digital

    Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengajak, warga netizen (warganet) untuk menyebarkan hal-hal positif dan kreatif dalam dun Selengkapnya

    Yayasan BAKTI Kominfo Salurkan Bantuan Paket Data kepada Korban Banjir

    Yayasan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Indonesia memberikan sejum Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA