Presiden Gelar Griya Bersama Para Menteri di Istana Negara
Acara gelar griya menjadi ajang untuk merenungkan nilai-nilai sosial, kebersamaan, dan harapan bagi bangsa Indonesia. Selengkapnya
Padang, Kominfo - Budaya atau kearifan lokal menjadi salah satu hal yang dapat mengurangi risiko bencana. Hal itu disampaikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pembukaan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) ke-5 Riset Kebencanaan Tahum 2018 di Universitas Andalas, Padang, Rabu (02/05/2018) lalu.
“Budaya bisa mengurangi jumlah korban,” ungkap Waprès menjelaskan mengenai pelajaran yang dapat diambil hikmahnya soal budaya contohnya. Kemudian ia membandingkan jumlah korban dari masing-masing korban bencana tsunami di Aceh, gempa di Jogja dan Sumatera Barat.
Dalam pandangan Wapres Jusuf Kalla, bencana adalah musibah yang tidak bisa di prediksi kapan terjadinya namun dapat diperkirakan. Dalam rumusan akademis, bencana terbagi dalam dua hal bencana karena alam dan bencana karena ulah manusia yang bisa menyebabkan bencana alam atau bencana sosial serta konflik.
“Sehebat-hebatnya ilmu pengetahuan belum bisa menentukan kapan gempa itu ada. bahwa potensi gempa itu selalu ada. tapi kapannya kita tidak tahu. apalagi tsunami,” ujarnya.
Wapres Jusuf Kalla menceritakan pengalamannya saat memimpin penanggulangan bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004, gempa di Jogja 27 Mei 2006 dan di Sumatera Barat pada September 2009. “Tiga hal utama yang harus dilakukan dalam penanggulangan bencana, adalah menyelamatkan orang, rehabilitasi dan rekonstruksi daerah terdampak bencana,” tuturnya.
Wapres mengungkapkan dalam perjalanan kariernya, dirinya sejak awal menduduki jabatan di pemerintahan ia selalu menangani bencana. “Saat menjadi Menkokesra, adalah ketua harian Bakornas BNPB ketuanya wakil presiden kemudian waktu saya naik pangkat jadi Wapres (2004) saya jadi Ketua Bakornas BNPB,” terangnya.
Dalam forum bertajuk Manajemen Bencana untuk Pembangunan yang Berkelanjutan ini, Wapres menerima Anugerah Lifetime Achievement Award Bidang Penanggulangan Bencana dari Ketua Asosiasi Kebencanaan Indonesia Harkunti Pertiwi Rahayu. Wapres Jusuf Kalla adalah orang pertama yang mendapat penghargaan atas perannya memimpin upaya penanggulangan bencana sejak tsunami Aceh 2004, gempa bumi Yogyakarta 2006 dan gempa bumi Sumatera Barat 2009.
Ketua Panitia Febrin Anas Ismail mengungkapkan tujuan Pertemuan Ilmiah Tahunan ke-5 Riset Kebencanaan yang berlangsung dari tanggal 2 hingga 4 Mei 2018 adalah berbagi pengalaman dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. “Melalui pendidikan riset dasar dan terapan dari berbagai jenis dan karakteristik bencana yang hasilnya kelak akan bermanfaat untuk meningkatkan kemauan masyarakat dalam penanggulangan bencana,” ungkapnya.
Turut mendampingi Wapres diantaranya Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, Dewan Penyantun Universitas Andalas Fahmi Idris, Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Bambang Widianto, dan Staf Khusus Wapres Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Otonomi Daerah Syahrul Udjud, serta anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Propinsi Sumatera Barat.
Acara gelar griya menjadi ajang untuk merenungkan nilai-nilai sosial, kebersamaan, dan harapan bagi bangsa Indonesia. Selengkapnya
Presiden dan Wapres tampak menunaikan salat Tahiyatul Masjid dan turut mengumandangkan takbir bersama jemaah lainnya. Selengkapnya
Wapres menyebutkan bahwa hikmah ibadah puasa berikutnya adalah untuk melatih diri menahan hawa nafsu. Sebab, nafsu merupakan salah satu musu Selengkapnya
Wapres mengingatkan bahwa target tahun ini akan dapat dicapai apabila semua pihak lebih bersungguh-sungguh menjalankan program penurunan stu Selengkapnya