Kominfo 2020, di tengah pandemi COVID-19
Tahun 2020 menjadi tahun yang menantang bagi Indonesia sejak pandemi virus corona melanda pada Maret lalu. Selengkapnya
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara meminta dan mengajak anak-anak diIndonesia untuk membatasi penggunaan perangkat pintar/gawai (gadget). Anak-anak Indonesia lebih disarankan agar lebih banyak belajar serta bermain di alam dan lingkungan sekitar rumahnya.
Hal itu disampaikanya untuk menyambut Hari Anak Nasional 2018 yangjatuh pada Senin (23/7). "Batasi penggunaan gadget. Selamat Hari Anak Nasional 2018. Banyaklah bermain di alam, batasi penggunaan gadget" kata Menkominfo, dalam cuitan di akun twitter pribadinya, Rudiantara Jd, Senin (23/07).
Menurut Rudiantara , setiapanak Indonesia juga harus tangguh dan bekerja keras dalam menggapai cita-cita yang diidamkannya. Karena itu, anak Indonesia harus sehat dan gembira agar dapat belajar dengan tenang dan tangguh dalam menggapai cita-citanya.
Dalam berbagai kesempatan, Menkominfo selalu mengajak anak-anak Indonesia dan menganjurkan kepada para orang tuanya untuk memastikan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dengan bijak.
"Saya minta tolong, nanti jika akses internet sudah masuk, Bapak dan Ibu harus menjaga anak-anak agar tidak berlebihan menggunakaan ponsel. Jangan sampai digunakan untuk mengakses hal-hal yang negatif," kata dia, saat berkunjung ke Kabupaten Puncak Jaya, Papua, Selasa (17/7) pekan lalu.
Awasi Konten
Menkominfo pernah menyampaikan, pada era digital seperti sekarang, pengakses jaringan internet di Indonesia pada akhir 2017 sudah mencapai 143 juta orang. Sebagian besar, atau sekitar 90% lebih mengaksesnya melalui telepon seluler (ponsel), tidak terkecuali anak-anak.
Sementara itu, informasi yang tersedia di dunia maya tidak semuanya positif. Ada situs-situs (web) yang berisi konten-konten negatif, antara lain asusila, perjudian, perundungan anak, dan juga peredaran obat terlarang banyak tersebar dan mudah diakses.
Apalagi, data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pun menyebutkan, jumlah situs positif baru sekitar 250 ribuan konten. Sedangkan situs negatif lebih besar lagi sudah mencapai 800-an ribu yang diblokir. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran orang tua dan guru untuk mengarahkan anak-anak dalam mengakses berbagai konten di dunia maya.
"Orang tua menjadi tumpuan utama agar memperhatikan anaknya. Jangan malu bertanya mengenai dinamika digital. Di sini, ada relawan teknologi informasi dan komunikasi, tanyakan kepada mereka, bagaimana caranya mengajari anak-anak," ujarnya, pada Maret 2018.
Sementara itu, terkait langkah menangani situs berkonten negatif, pemerintah bersama 60 lebih institusi, organisasi mayarakat sipil, LSM, perguruan tinggi, termasuk Persatuan Artis Film Indonesia (Parfo) telah membentuk gerakan nasional literasi Siberkreasi.
Kemenkominfo juga menyediakan saluran laporan aduan di situs resmi kominfo.go.id. Melalui fitur Layanan Publik, masyarakat dapat melaporkan situs-situs berisi konten negatif dan sekaligus mengawasi sejauh mana laporannya diproses.
"Ajak anak-anak kita membuat hal-hal yang positif terus-menerus. Kita harus senantiasa mengingatkan mereka. Tapi untuk bisa mengarahkan, kita juga harus mengerti dan mengetahui, belajar tentang dunia maya," tambah dia.
Menkominfo menambahkan, anak-anak zaman sekarang cenderung lebih pintar daripada orang tuanya. Tetapi, dari segi pengalaman, para orang tua masih jauh lebih unggul. Orang tua dapat memotivasi dan mendorong anak-anaknya untuk memanfaatkan teknologi digital dengan lebih baik.
Ia mencontohkan, anak-anak dapat diarahkan untuk memuat dan memperbarui dan mengunggah status-status yang bernilai positif di media sosial, seperti karya-karya terbarumereka dan kegiatan-kegiatan berguna lainnya.
"Majunya Indonesia tergantung dari kita mengarahkan anak-anak untuk memanfaatkan sebaik-baiknya teknologi digital dan media sosial apa pun dengan positif," pungkas Menkominfo.
Perang Orang Tua
Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA) Lenny N Rosalin pun telah mengingatkan agar orang tua tidak gagap teknologi. Mereka harus mengikuti perkembangan media sosial (medsos) anak agar bisa mencegah dampak negatifnya.
"Orang tahu harus tahu. Anak saat ini lebih canggih daripada orang tuanya. Orang tua tidak boleh gagap teknologi," kata dia di Surabaya, Sabtu (21/7) pekan lalu.
Lenny mengatakan, orang tua harus tahu dan paham muatan-muatan yang diakses, atau diunggah anak-anaknya. Selanjutnya, orang tua mampu mengimbangi dengan memberikan pemahaman tentang apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam bermedia sosial.
"Bagaimana bisa mengimbangi kalau orang tua tidak mengikuti perkembangan. Orang tua jugaharus paham muatan-muatan yang ada di media sosial," tuturnya.
Menurut dia, orang tua juga harus bisa membatasi penggunaan media sosial terhadap anak dan memberikan pemahaman bahwa apa pun yang diunggah anak di media sosial bisa dilihat siapa saja. Orang tua harus menjelaskan kelebihan dan kekurangan, serta dampak baik dan buruk dari media sosial kepada anak-anaknya.
"Jangan kalau sudah viral dan menjadi masalah bagfanak, orang tua baru kelabakan dan ujung-ujungnya menyalahkan anak dan menganggap anak tidak benar," katanya.
Lenny mengatakan, bila anak terjerat permasalahan. Konvensi Hak Anak menyatakan hal itu bukan karena kesalahan anak semata, melainkan harus orang dewasa yang disalahkan. "Anak adalah makhluk paling rentan yang tidak tahu apa-apa. Kalau mau anak baik, orang dewasa wajib melindungi," tandasnya.
Sumber Berita : Investor Daily
Tahun 2020 menjadi tahun yang menantang bagi Indonesia sejak pandemi virus corona melanda pada Maret lalu. Selengkapnya
KOMISI Penyiaran Indonesia (KPI) bersama dengan Badan Aksesibilitas Komunikasi dan Informasi (BAKTI) serta Kementerian Komunikasi dan Inform Selengkapnya
Dalam pemutusan mata rantai penyebaran COVID-19, layanan telemedis atau layanan kesehatan daring menjadi salah satu upaya yang tengah digala Selengkapnya
Pemerintah telah mengambil langkah tegas dalam memerangi penyebaran virus corona di Indonesia, salah satunya lewat teknologi informasi. Selengkapnya