FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    17 09-2018

    1464

    Ini Alasan Kominfo Pilih Iklankan Capaian Pemerintah di Bioskop

    Kategori Sorotan Media | daon001

    Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara buka-bukaan soal penayangan iklan capaian kinerja pemerintah di bioskop. Jumlah layar dan penonton yang terus meningkat jadi alasan kuat Kominfo beriklan di bioskop. 

    Rudiantara menjelaskan, di tahun 2014 jumlah layar bioskop di Indonesia kurang dari seribu, atau sekitar 970 layar. Di tahun 2018, jumlah layar meningkat drastis. Jumlah penonton juga meningkat drastis.

    "Sekarang sudah hampir 1.700 jumlah layarnya. Terus penontonnya juga dari di 2014 hanya 96 juta, itu perkiraannya tahun ini sekitar 150-an juta. Jadi banyak orang nonton bioskop," kata Rudiantara sata ditemui sebelum acara Rakornas IV Relawan Pro Jokowi (Projo) di Grand Sahid Hotel, Jakarta, Minggu (16/9/2018).

    Dia juga mengatakan, penayangan iklan adalah hal yang biasa dalam layar bioskop. Jenis iklannya pun beragam. 

    "Di bioskop kan yang namanya iklan kan biasa. Ada iklan rokok, ada iklan properti, bahkan juga USA juga beriklan di bioskop. Ada 140 jenis iklan yang ada di bioskop. Nah, ini salah satunya kami sisipkan adalah iklan layanan masyarakat. Hanya cuma menginformasikan kemarin temanya adalah bendungan. Jadi bendungan sudah dibangun. Bendungan ini ada agar sawah petani bisa senantiasa berproduksi secara optimal, baik di musim hujan maupun kemarau. Itu yang dikomunikasikan ke publik," katanya.

    Terkait dengan anggapan iklan capaian kinerja pemerintah berbentuk bendungan yang dinilai sebagai bentuk kampanye, Rudiantara membantah. Dia menjelaskan, yang namanya kampanye adalah sebuah bentuk penggalangan massa secara terorganisir. Namun, iklan yang ditayangkan itu bukanlah berbentuk ajakan apalagi penyampaian visi dan misi. 

    "Makanya baca. Saya juga pelajari apa itu kampanye. Yang kami informasikan adalah menginformasikan kepada publik. Kalau kampanye itu adalah penggalangan secara terorganisir. Kampanye politik itu mempengaruhi proses seseorang untuk memilih. Itu kan tidak ada proses untuk mempengaruhi orang untuk memilih. Juga tidak ada pengorganisasian," katanya.

    "Kalau dibaca undang-undang pemilu tahun 2017 apa itu kampanye, di situ tertulis bahwa kampanye itu ada visi, ada misi, ada program. Sudah pernah lihat iklannya belum? Ada nggak visi misi itu? Nggak ada kan. Ya sudah," tambahnya.

    Dia menambahkan, jika tidak suka dengan iklan yang ada di bioskop, penonton bisa saja tidak menontonnya. Karena tidak ada paksaan untuk menonton iklan tersebut.

    "Kalau pro dan kontra begini. Saya nonton bioskop selalu ada iklan. Saya nggak senang iklan ponsel, misalkan. Ya saya ada iklan ponsel, saya nggak senang ya sudah, nggak senang saja. Atau misalkan saya nggak senang iklan, misalkan jam 07.00 mulai, ya jam 07 lebih 5 lah saya masuk, walaupun sudah gelap," katanya. (jor/bag)

    sumber berita: news.detik.com (16 September 2018)

    Berita Terkait

    Kominfo Perbaharui Aplikasi PeduliLindungi Guna Penguatan Layanan Telemedis di Masa COVID-19

    Dalam pemutusan mata rantai penyebaran COVID-19, layanan telemedis atau layanan kesehatan daring menjadi salah satu upaya yang tengah digala Selengkapnya

    Kemkominfo Tingkatkan Kemampuan Aplikasi PeduliLindungi

    Sampai hari ini, jumlah terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai ratusan ribu orang. Angka ini terus bertambah dari hari ke hari. Selengkapnya

    Yayasan BAKTI Kominfo Salurkan Bantuan Paket Data kepada Korban Banjir

    Yayasan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Indonesia memberikan sejum Selengkapnya

    Optimalkan Ekonomi Maritim, Kominfo Dorong Perluasan Jaringan Internet

    Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) akan terus mengembangkan jaringan internet di seluruh wilayah desa untuk mengoptimalka Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA