FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    02 10-2018

    2553

    Telepon Satelit, Alat Komunikasi Paling Diandalkan Saat Gempa Palu

    Kategori Sorotan Media | daon001

    Setelah bencana gempa berkekuatan 7,4 magnitudo di Donggala dan disusul tsunami di Palu dan Mamuju, Sulawesi Tengah, pada Jumat (28/9) lalu, jaringan telekomunikasi terputus karena ketiadaan pasokan listrik PLN serta terputusnya kabel fiber optik. Proses pemulihan jaringan telekomunikasi di daerah bencana terus dilakukan. Berdasarkan data terkini dari Kementerian Komunikasi dan informatika (Kominfo) sudah 50 persen dari keseluruhan operator telekomunikasi telah aktif.

    "Sudah 50 persen keseluruhan dari operator telekomunikasi sudah aktif dan bisa melayani lagi. Untuk data BTS (Base Transceiver Station) yang rusak itu 500 lebih," kata Plt Kepala Biro Humas Kominfo, Ferdinandus Setu saat dihubungi kumparan, Senin (01/10).

    Selama pemulihan jaringan telekomunikasi, Kominfo mengoptimalkan penggunaan telepon satelit. Perangkat itu dinyatakan efektif untuk membantu proses koordinasi dan komunikasi di daerah terdampak bencana.

    Kominfo telah mengirimkan 31 unit telepon satelit ke daerah bencana di Sulawesi Tengah dari Jakarta. Tidak hanya itu, Kominfo juga memobilisasi 100 telepon satelit yang sebelumnya digunakan dalam penanganan gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

    "Saat ini Kominfo sudah menyerahkan 31 telepon satelit yang kami serahkan ke Danrem. Jadi sudah dikirim posko-posko yang mereka dapat berkomunikasi langsung di lapangan. Jadi mereka berkoordinasi apakah soal bantuan, menemukan jasad, itu mereka saling berkoordinasi," jelasnya.

    Telepon satelit dan cara kerjanya

    Perangkat telepon satelit berbeda dengan telepon yang biasa digunakan pada umumnya, walaupun dari segi tampilan tidak memiliki perbedaan yang signifikan.

    Teknologi jaringan telepon satelit tidak memanfaatkan infrastruktur seperti BTS pada teknologi seluler atau jaringan tetap seperti yang dipakai Telkom.

    Cara kerja telepon satelit adalah mengantarkan sinyal panggilan menuju satelit di luar angkasa dan memantulkannya kembali ke bumi. Cara kerja ini berbeda dengan telepon seluler yang memancarkan sinyalnya melalui BTS.

    Telepon satelit memiliki jangkauan yang luas, dapat digunakan di daerah pegunungan, pedalaman hingga di tengah lautan yang sulit mendapatkan jaringan sinyal BTS sekalipun. Umumnya telepon satelit menggunakan operator komunikasi yang telah tersedia, seperti Inmarsat, Thuraya, Iridium dan Globalstar.

    Biaya yang dibebankan untuk penggunaan telepon satelit cukup mahal. Untuk perangkat teleponnya sendiri dibanderol dengan harga Rp 8 juta hingga Rp 25 juta. Sementara tarif yang dikenakan per menitnya bisa mencapai 1 dolar AS atau sekitar Rp 14 ribu.

    Sumber berita : www.kumparan.com (01/10/2018)

    Berita Terkait

    Menkominfo: Informasi Vaksin Covid akan Disampaikan Akurat

    Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengatakan, informasi terkait kedatangan vaksin akan disampaikan kepada masyarakat secara Selengkapnya

    Jelang Pilkada, Kominfo Minta Pemilih Gunakan Media Daring untuk Mengenal Calon Kepala Daerah

    Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Widodo Muktiyo mengatakan, jelang pemilih Selengkapnya

    Kecerdasan Buatan Dukung Layanan Kesehatan Saat Pandemi

    Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) RI Johnny G. Plate mengatakan bahwa kecerdasan buatan (artificial intelegence/AI) juga memil Selengkapnya

    Sekjen Kominfo: Kolaborasi dorong perkembangan talenta digital

    Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengajak semua pihak untuk berkolaborasi mendorong perkembangan talenta digital di Indonesi Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA