FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    10 12-2018

    1695

    Prihatin Maraknya Kabar Bohong, Presiden Setuju Gerakan Indonesia Bicara Baik

    Kategori Berita Pemerintahan | mth

    Jakarta, Kominfo - Presiden Joko Widodo menyampaikan keprihatinannya menyaksikan munculnya konten-konten negatif, berita provokatif, adu domba, kabar bohong yang akhir-akhir ini banyak sekali terlihat, yang jelas-jelas tidak mengindahkan etika dalam menyampaikan informasi.

    “Bahkan dengan kepentingan tertentu, memang sengaja disebar untuk membangkitkan rasa takut, membangkitkan pesimisme, menebar ketakutan, menebar kecemasan, menebar  kekhawatiran, dan juga perasaan-perasaan terancam,” kata Presiden saat menyampaikan sambutan pada Pembukaan Konvensi Nasional Humas 4.0, di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/12/2018) pagi.

    Presiden menegaskan, menghadapi hal itu, memang tidak cukup dengan regulasi dan penegakan hukum. Yang diperlukan adalah literasi digital sehingga warga masyarakat tidak hanya mampu menggunakan teknologi untuk informasi digital, tapi juga mampu memilih dan memilah informasi, mampu melakukan cross-check, dan mampu melakukan klarifikasi jika menerima sebuah informasi.

    Menurut Presiden, kemajuan teknologi informasi digital yang sangat cepat harus diimbangi dengan standar moral dan etika yang tinggi dari penggunanya. Karena itu, Presiden mengapresiasi konsistensi Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) yang selama ini terus mengusung #IndonesiaBicaraBaik.

    “Ini sangat bagus. Saya lihat hashtag ini muncul di setiap acara Perhumas di website-nya, di surat-suratnya, di backdrop-backdrop acaranya, di poster-poster Perhumas. Ini bagus bahwa Indonesia harus bicara baik,” ujar Presiden.

    Kepala Negara bahkan mengaku sangat setuju dengan gerakan Indonesia Bicara Baik, yang dinilai sebagai sebuah ajakan gerakan sosial, ajakan untuk hijrah.

    “Ajakan untuk hijrah dari pesimisme menuju optimisme, membangkitkan optimisme Indonesia. Ajakan untuk hijrah dari semangat negatif ke positif, dari hoax ke fakta, dari kemarahan-kemarahan, kesabaran-kesabaran, dari hal-hal yang buruk-buruk menjadi hal yang baik-baik. Hijrah dari ketertinggalan menuju ke kemajuan,” tutur Kepala Negara.

    Tentu, tegas Presiden, bicara baik bukan berarti menutup fakta bahwa  masih ada yang kurang. Menurut Presiden, kita harus jujur bahwa masih ada yang perlu diperbaiki, dibenahi, direformasi. Masih ada kerja-kerja yang terus harus dipercepat dan tidak bisa tidak.

    “Kalau mau Indonesia baik, kalau mau Indonesia maju kita membutuhkan kritik-kritik yang berbasis data tapi bukan pembodohan atau kebohongan. Kritik yang mencerdaskan tapi bukan narasi yang menebar pesimisme, narasi yang menakut-nakuti,” tegas Presiden Jokowi.

    Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Menkominfo Rudiantara, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, dan Ketua Umum Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) Agung Laksamana.

    Berita Terkait

    Kolaborasi untuk Akselerasi Indonesia Jadi Negara Berpenghasilan Tinggi

    Visi Indonesia Emas 2045 tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, dimana Indonesia perlu mengubah pende Selengkapnya

    Pimpin SKP, Presiden Tekankan Kesiapan Ramadan dan Penyusunan RAPBN 2025

    Presiden menginstruksikan seluruh kementerian dan lembaga terkait untuk memastikan masyarakat dapat menjalankan ibadah dengan tenang dan khu Selengkapnya

    Presiden Optimistis Ekonomi Indonesia Tahun 2024 Tumbuh Baik

    Meski demikian, Presiden Jokowi mengingatkan semua pihak di sektor jasa keuangan tetap waspada tehadap cepatnya pergerakan ekonomi global da Selengkapnya

    Presiden Tegaskan Kabinet Indonesia Maju Sangat Solid

    Penegasan tersebut disampaikan Kepala Negara guna menanggapi isu kegaduhan yang terjadi di kabinet yang dipimpinnya saat ini. Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA