Peringati Hari Ibu, Sivitas Kominfo Kenakan Baju Adat

Jakarta, Kominfo - Ada yang berbeda dalam upacara peringatan Hari Ibu Tahun 2018 di Kementerian Komunikasi dan Informatika. Seluruh sivitas Kementerian Kominfo mengenakan baju adat. 

Tak hanya itu, seluruh petugas upacara adalah para perempuan sivitas Kementerian Kominfo.  Adapun Inspektur Upacara Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Rosarita Niken Widiastuti.

Ketika membacakan sambutan dari Menteri Negara Pembedayaan Perempuan dan Perlindungan Anak  Yohana Yembise, Dirjen IKP Niken Widiastuti mengungkap sejarah Hari Ibu yang lahir dari pergerakan bangsa Indonesia. 

"Penanda keterlibatan perempuan melalui Kongres Perempuan Pertama 22 Desember 1928 di Yogyakarta. Kongres itu mengukuhkan semangat dan tekad bersama untuk mendorong kemerdekaan Indonesia," tutur Dirjen IKP saat membacakan sambutan Peringatan Hari Ibu ke-90 di Lapangan Anantakupa Kantor Kementerian Kominfo, Jakarta, Rabu (26/12/2018). 

Dalam sambutan itu, ditegaskan Peringatan Hari Ibu (PHI) merupakan momentum kebangkitan bangsa, "Sebuah momentum kebangkitan bangsa, penggalangan rasa persatuan dan kesatuan serta gerak perjuangan kaum perempuan yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia," tutur Dirjen IKP.

Di akhir pembacaan sambutan, Dirjen Niken mengucapkan selamat memperingati Natal dan Tahun Baru kepada seluruh peserta upacara.  "Selamat hari Natal dan Tahun Baru 2019. Untuk semangat baru mewujudkan Indonesia yang makin maju," ucapnya.

Bangun Ketahanan Keluarga

Dalam peringatan tahun ini, PHI diharapkan mendorong semua pemangku kepentingan untuk memberikan perhatian, pengakuan akan pentingnya eksistensi perempuan dalam berbagai sektor pembangunan. 

"Harapan saya, Peringatan Hari Ibu ke-90 Tahun 2018 ini dapat mendorong terciptanya kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam setiap aspek kehidupan," ungkapnya Dirjen Niken saat membacakan bagian lain sambutan Menteri Yohana Yembise.

PHI juga diharapkan dapat membawa pengaruh positif bagi peningkatan kualitas hidup, pemenuhan hak dan kemajuan perempuan. 

"Memberikan keyakinan yang besar bahwa perempuan apabila diberi peluang dan kesempatan mampu meningkatkan kualitas hidupnya serta mengembangkan segala potensi dan kemampuan yang dimilikinya," papar Dirjen Niken.

Sebagai agen perubahan, perempuan Indonesia masa kini adalah perempuan yang sadar dan memahami memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki. 

"Prinsip kesetaraan yang mendasari tentang pentingnya pembagian tugas, peran dan tanggung jawab yang seimbang antara perempuan dan laki-laki mulai dari lingkup keluarga, masyarakat bahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," tutur Niken. 

Tahun ini tema PHI ke-90 mengambil tema "Bersama meningkatkan peran perempuan dan laki-laki dalam membangun ketahanan keluarga untuk kesejahteraan bangsa". 

Tema itu dibangun dengan melihat situasi dan kondisi bangsa Indonesia Tahun 2018 dan menyelaraskan dengan arah kebijakan pembangunan bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

Sekaligus menjadi upaya mewujudkan Nawacita sebagai salah satu agenda nasional. Membangun karakter bangsa melalui penanaman nilai-nilai, karakter, dan budi pekerti. Ketahanan keluarga sekaligus menjadi pondasi dalam menerapkan kehidupan yang harmonis, damai, dan religius.