FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    30 07-2020

    1624

    Buka Sektor Wisata, Terapkan Protokol Kesehatan

    Kategori Berita Pemerintahan | mth

    Jakarta, Kominfo - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan sektor pariwisata merupakan salah satu bidang yang sangat diperhatikan oleh Pemerintah.

    "Hal ini dikarenakan penerimaan negara melalui pariwisata sangat tinggi, juga dapat menciptakan lapangan kerja," ungkapnya dalam Deklarasi Program Kepariwisataan dalam Tatanan Kehidupan Bali Era Baru dan Digitalisasi Pariwisata Berbasis Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di Pulau Peninsula, Nusa Dua, Bali, Kamis (30/07/2020). 

    Oleh karena itu, menurut Menko Luhut, pembukaan kawasan wisata tetap dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan yang ketat. Menurutnya tidak ada kemungkinan Provinsi Bali akan ditutup jika terdapat lokasi yang menjadi zona merah.

    “Jadi kerjasama kita itu penting. Jadi tidak boleh satupun merasa diri paling penting dalam masalah ini. Kita harus teamwork menyelesaikan ini. Masalah kesehatan ini penting, oleh karena itu protokol kesehatan jangan sampai ditawar-tawar. Kita semua harus bahu-membahu untuk menegakkan disiplin ini. Tanpa disiplin ini tadi, Covid-19 tidak akan terkendali dan akan berdampak bagi ekonomi,” tegasnya.

    Menko Luhut mengatakan Bali dan pariwisata adalah dua entitas yang saling melekat dan tak terpisahkan. “Pemerintah telah mengambil langkah-langkah yang sangat komprehensif dalam penanganan covid 19 ini. Jadi saya ingin menginformasikan sekarang hampir semua sektor itu tertangani dengan baik, program-program bantuan, program-program stimulus itu dilakukan dengan baik,” ujar Menko Luhut.

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, 60% wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia berwisata ke Bali. Pariwisata Bali juga menyumbang 28,9% devisa pariwisata nasional, yakni sebesar Rp75 Triliun.

    “Presiden berkali-kali mengingatkan kami para pembantunya, bahwa kami harus tangani pariwisata ini dengan benar. Nah untuk itu ada dua kunci yang menurut saya harus kita perhatikan, yaitu penanganan Covid-19 dan penanganan ekonomi,” tambahnya.

    Adapun langkah tersebut menurut Menko Luhut, harus dijalankan dengan seiring, karena penanganan Covid-19 yang benar tentu akan memberikan stimulus yang baik pula bagi perkembangan ekonomi Indonesia. "Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini memang menjadi tantangan besar bagi sektor pariwisata, tak terkecuali Bali," ungkapnya.

    Data BPS juga menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada Mei 2020 turun hingga 86,9% year on year. Bank Indonesia juga mencatat bahwa realisasi devisa pariwisata pada Mei 2020 mengalami kontraksi hingga -97,3% (year on year). Oleh karena itu, Menko Luhut menyatakan Pemerintah berupaya untuk memulihkan ekonomi.

    “Sekarang kita melihat bahwa sudah waktunya ekonomi ini mulai dipulihkan. Hari ini adalah yang menurut saya merupakan hari yang bersejarah. Kita membuka Bali ini bukan asal dibuka, semua itu berangkat daripada berapa jumlah yang infeksi, berapa jumlah yang sembuh berapa tadi mortality rate-nya. Nah itu menjadi acuan, apakah dia masuk zona merah, apa kuning atau hijau. Bali ini menurut saya beberapa daerah sudah banyak yang hijau, ada masih yang kuning tapi tidak ada yang merah,” jelasnya.

    Lebih lanjut, Menko Luhut juga menyebutkan bahwa sudah saatnya bagi Indonesia untuk melakukan reformasi guna meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam semua sektor. “Oleh petro chemical-nya Pertamina kita sudah bisa memproduksi paracetamol, paracetamol ini ujung daripada obat yang lain yang berpuluh-puluh tahun kita impor saja. Jadi kadang kalau kita lihat, Covid-19 ini ada menguntungkan kita dan yang membuat negara kita ini lebih efisien dari waktu yang lalu,” jelasnya.

    Menko Luhut menyebutkan saat ini di lingkungan pemerintahan terdapat gaya hidup yang baru, misalnya menggunakan zooming atau melakukan virtual meeting. "Virtual meeting dalam pengambilan keputusan tentu sangat efisien," cetusnya.

    Deklarasi itu disampaikan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Pemerintah Provinsi Bali. 

    Memori Penyelenggaraan IMF-WB di Bali

    Pada kesempatan itu, Menko Luhut menceritakan kisah balik yang masih diingat dan menjadi sebuah kenangan indah saat diselenggarakannya Pagelaran IMF-WB tahun 2018 lalu di Bali.

    “Saya masih ingat bahwa dua tahun yang lalu hiruk-pikuknya Bali karena IMF World Bank, tempat ini semua penuh dengan manusia. Hal itu menyentuh hati saya juga, kenapa sampai begini. Kalau kita tidak bersatu-padu, kita masih sibuk kritik sana dan sini. Kapan mau selesai masalah ini,” ujarnya.

    Oleh karena itu, Menko Luhut menghimbau sudah saatnya untuk kita semua menyuarakan hal-hal positif dan tentu bekerja keras lagi untuk memajukan tanah air Indonesia.

    “Waktunya kita untuk merenung betapa sekarang kita ini dalam keadaan yang sangat sulit. Jadi hal-hal yang tidak perlu kita lakukan sekarang, tidak perlu dilakukan. Perbedaan-perbedaan yang tidak penting, hentikan sebentar. Semua ada waktunya, jadi hari ini mari kita selesaikan dulu Covid-19. Saya titip sekali lagi, mari kita bekerjasama, kompak, mari kita jaga persatuan dan kesatuan kita demi NKRI. Terlebih demi diri kita dan anak cucu kita,” tutup Menko Luhut.

    Berita Terkait

    Upaya Pemerintah Kembangkan Parekraf Berkelanjutan di IKN

    Menparekraf menjelaskan berbagai upaya dilakukan dalam mendukung pengembangan parekraf berkelanjutan. Selengkapnya

    Buka IIMS 2024, Presiden: Mobil Listrik Masa Depan Otomotif Indonesia

    Kepala Negara menyebut bahwa pemerintah telah memberikan sejumlah insentif guna mendorong peningkatan produksi kendaraan listrik di tanah ai Selengkapnya

    Wapres Sambut Baik Gerakan Jaga Keutuhan Bangsa

    Wapres menyambut baik Gerakan Nurani Bangsa yang digagas para tokoh bangsa. Gerakan menjaga keutuhan bangsa memang harus terus digaungkan ke Selengkapnya

    Wapres Paparkan Strategi Tingkatkan Produktivitas Tenaga Kerja

    Digitalisasi juga masih menjadi tantangan lain karena telah menimbulkan kesenjangan dan marginalisasi digital, Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA