FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    30 10-2013

    2857

    Inilah Garis Besar Rencana Aksi Bukittinggi untuk Ketahanan Pangan

    Kategori Berita Pemerintahan | brs

    Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjelaskan Rencana Aksi Bukittinggi terkait dengan ketahanan pangan nasional yang merupakan crash program untuk meningkatkan produksi pangan, yaitu beras, jagung, gula, kedelai dan daging sapi.

    Seusai memimpin rapat koordinasi membahas soal pangan, di Balai Sidang Bung Hatta, Istana Bung Hatta, Bukittinggi, Sumatera Barat, Selasa (29/10) sore, Presiden SBY menjelaskan langkah-langkah Rencana Aksi Bukittinggi, yang merupakan keterpaduan upaya antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan dunia usaha dalam meningkatkan ketahanan pangan Indonesia. Presiden SBY optimististis, Rencana Aksi Bukittinggi ini bisa diaplikasikan di seluruh Indonesia, karena rencana aksi tersebut jelas sasarannya, jelas siapa yang akan berkontribusi, dan dengan mekanisme seperti apa dijalankan. Termasuk penganggaran dari pemerintah pusat dan daerah.

    Ia menjelaskan, untuk produksi beras misalnya, pemerintah memperkirakan kebutuhan 2014 mendatang adalah 33 juta ton, dan sasaran produksi beras yang akan kita capai di tahun mendatang adalah 10 juta lebih tinggi dari kebutuhan pada tahun tersebut.

    Besarnya target produksi yang melebihi kebutuhan ini, menurut Presiden SBY, dimaksudkan sebagai upaya pencegahan terjadinya segala kemungkinan, seperti gangguan perubahan iklim, gejolak pasar beras dunia, dan faktor-faktor lainnya. 

    "Insya Allah, disamping aksi ini, masih terbuka ruang untuk kolaoirasi antara pemerintah daerah dan pusat, serta dunia usaha, sehingga surplus 10 juta ton beras tersebut bisa dicapai bersama," jelas Presiden SBY.

    Mengenai kedelai, Presiden SBY mengakui, kalau masih sering menjadi isu sosial karena tingginya kebutuhan. Ia menyebutkan, kebutuhan kedelai tahun depan mencapai 1,98 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri tahun lalu hanya 900 ribu ton. 

    "Gap masih besar. Kita berupaya untuk bisa meningkatkan produksi kedelai dalam negeri secara signifikan. Oleh karena itu, kolaborasi dunia usaha dan pemerintah juga sangat dibutuhkan. Kita berharap, paling tidak, tahun depan produksi kedelai bisa mencapai 1 juta ton lebih," kata Presiden SBY.

    Adapun untuk komoditas jagung dan gula, menurut Presiden, secara nasional tidak mengkhawatirkan. Kebutuhan jagung sejumlah 14,62 juta ton, sedangkan perkiraan produksi sebesar 19 juta ton. Meskipun demikian, Pemerintah menargetkan produksi jagung mencapai 20 juta ton. 

    Sedangkan gula, kebutuhan masyarakat adalah 2,7 juta ton dan perkiraan produksinya adalah 2,8 juta ton. Presiden berharap, produksi gula akan busa ditingkatkan menjadi 3,1 juta ton pada tahun mendatang.

    Mengenai  daging sapi, sama seperti kedelai, kata Presiden SBY, masih menghadapi persoalan yang tidak ringan. Seiring meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, kebutuhan akan konsumsi daging juga meningkat.  Diperkirakan, kebutuhan daging sapi pada tahun 2014 sebanyak 575,88 ribu ton sementara perkirakan produksinya sebesar 443,22 ribu ton. Jadi, masih terdapat gap sebesar 130 ribu ton daging sapi.

     Menurut Presiden SBY, Pemerintah memiliki target untuk meningkatkan produksi daging sapi, sekitar 20 ribu ton lagi. “Pemerintah ingin terus meningkatkan produksi daging sapi, sehingga gap antara produksi dan kebutuhan pun semakin kecil,” tegas Presiden SBY.

    Kepala Negara mengingatkan pentingnya dijaga faktor harga dalam pemenuhan kebutuhan daging sapi itu. Sebab, kalau harga terlalu rendah, tidak baik untuk peternak sapi. Jika harga tinggi, konsumen sulit untuk mengonsumsi daging sapi. Karena itu, kata Presiden, pemerintah mengangap perlu meningkatkan produksi daging sapi sehingga tidak harus ditentukan oleh pasar global.

    Presiden SBY meyakinkan bahwa pemerintah bekerja serius pada langkah peningkatan produksi daging sapi dan kedelai ini. "Ini target yang nyata dan riil. Dengan kerja kerja, saya yakin sasaran-sasaran tersebut akan bisa kita wujudkan. Kita perlu ada surplus dan harus dilakukan percepatan," kata Presiden SBY.

    Untuk memastikan implementasi Rencana Aksi Bukittinggi betul-betul terpadu, maka dalam rencana aksi tersebut pemerintah membentuk suatu gugus kendali yang akan memantau dan mengawasi. "Kalau ada masalah, juga akan membantu mencarikan solusi," kata SBY saat menutup keterangannya.

    Saat menyampaikan keterangan pers itu, Presiden SBY didampingi sejumlah menteri di antaranya Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Mensesneg Sudi Silalahi, Mentan Suswono, Seskab Dipo Alam, Mendagri Gamawan Fauzi, dan Menkominfo Tifatul Sembiring. (Humas Setkab/SA/ES)

    Berita Terkait

    Presiden Lepas Pengiriman Bantuan Kemanusiaan untuk Palestina dan Sudan

    Bantuan yang dikirimkan tersebut, kata Presiden, bernilai kurang lebih Rp30 miliar berupa obat-obatan dan peralatan-peralatan kesehatan dan Selengkapnya

    Apresiasi untuk Integrasi Layanan Digital Kemenag

    Digitalisasi di Kemenag dapat terus diperkuat untuk meningkatkan layanan pemerintah di bidang agama Selengkapnya

    Presiden Pastikan Cadangan Beras Terkendali untuk Stabilkan Harga

    Presiden menuturkan bahwa harga beras di seluruh negara mengalami kenaikan akibat adanya perubahan iklim dan fenomena El Nino. Selengkapnya

    Resmikan BTS 4G Bakti di Talaud, Presiden Tekankan Pentingnya Konektivitas untuk Persatuan Bangsa

    Kepala Negara mensyukuri pembangunan BTS 4G di Kabupaten Kepulauan Talaud yang telah selesai. Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA