FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    20 04-2016

    3389

    Komitmen Aksi Indonesia terhadap Perubahan Iklim di Komunitas Kampus Amerika Serikat

    Kategori Berita Pemerintahan | vera002

    Jakarta, 20 April 2016 – Memenuhi undangan School of International and Public Affairs, Utusan Khusus Presiden Joko Widodo untuk Pengendalian Perubahan Iklim, pada tanggal 19 April 2016 kemarin, Prof. (hon) Rachmat Witoelar memberikan kuliah umum di Columbia University di Kota New York, Amerika Serikat. Kuliah umum ini dihadiri oleh mahasiswa lintas jurusan dan mahaguru dari Columbia University, antara lain Prof. Glen Denning (Director of the New York Office of the Sustainable Development Solutions Network), Prof. Shiv Someshwar (Director, Climate Policy at the Center for Sustainable Development), dan Prof. Don Melnick Director, Center for Environment, Economy, and Society. Dalam kesempatan ini, Rachmat Witoelar didampingi oleh Dr. Jatna Supriatna, Kepala Pusat Riset Perubahan Iklim Universitas Indonesia; Purnomo A. Chandra, Minister Counselor Perwakilan Tetap RI di New York; serta Amanda Katili Niode, Ketua Tim Ahli Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim.

    Rachmat Witoelar menyampaikan pemaparan berjudul "Challenges in Implementing the Paris Agreement: Some Reflections", yang berisikan tentang tantangan yang dihadapi para pembuat keputusan dan pejabat pemerintahan di Indonesia dalam melaksanakan Kesepakatan Paris. Pada COP ke-21 di Paris lalu, sebanyak 196 Pihak menyetujui kesepakatan bersejarah Paris Agreement yang bertujuan untuk memerangi perubahan iklim, melaksanakan berbagai aksi dan investasi menuju masa depan yang rendah karbon, berdaya tahan iklim dan berkelanjutan, yang diberlakukan pasca 2020.

    Bertindak sebagai moderator, Prof. Jeffrey Sachs, Direktur Earth Institute Columbia University membuka kuliah umum dengan menggambarkan tantangan pembangunan yang besar di Indonesia untuk mencapai tujuan Paris Agreement. Rachmat Witoelar menyampaikan bahwa Indonesia menghadapi tantangan dalam mengurangi angka kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun tetap berkomitmen pada kesepakatan dunia terkait lingkungan hidup dan perubahan iklim. 

    Dalam langkah pengendalian perubahan iklim, pembuat kebijakan dan pejabat pemerintah menghadapi beberapa tantangan antara lain:  

    1. Banyaknya sektor dalam pemerintahan (misalnya pertanian, keuangan, transportasi, energi, dan kehutanan)
    2. Tingkat pemerintahan yang berbeda (misalnya nasional, subnasional, lokal, pedesaan,      masyarakat adat)
    3. Banyaknya lapisan pemangku kepentingan (misalnya sektor bisnis, peneliti, akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat)
    4. Isu perubahan iklim yang kompleks (misalnya dinamika populasi, penyebaran penyakit, isu keadilan iklim, dan lain-lain)

    Rachmat Witoelar berpendapat bahwa, upaya pengendalian perubahan iklim bisa dilakukan sejalan dengan pengurangan kemiskinan melalui penyerapan tenaga kerja yang mendukung teknologi dan pembangunan yang ramah lingkungan. Ada tiga langkah yang dapat diambil Indonesia dalam menghadapi tantangan pelaksanaan Kesepakatan Paris, yaitu:

    1. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian untuk bertindak; masyarakat Indonesia perlu menyadari tentang bahaya dari dampak perubahan iklim serta pentingnya melakukan berbagai program massal yang mendukung solusi atau aksi pengendalian perubahan iklim di tingkat lokal.
    2. Mendorong pembuat kebijakan dan pemerintah untuk melaksanakan komitmen yang dibuat pada konferensi global perubahan iklim (Conference of Parties - COPs), terutama implementasi dari Komitmen Kontribusi Nasional (Intended Nationally Determined Contributions – INDC).
    3. Menyadari bahwa semua negara terjebak dalam ‘lose-lose position’ karena sentimen ultra nasionalis dan harus segera mengarahkan negosiator agar lebih fleksibel.

    “Saya menyatakan apresiasi terhadap undangan dari Columbia University untuk berbicara pada komunitas kampus disini. Hal ini sejalan dengan misi pemerintah Indonesia untuk malkukan komunikasi komitmen dan aksi yang telah dilakukan oleh Indonesia kepada masyarakat global. Selain itu, saya juga berkesempatan untuk menyampaikan tantangan yang dimiliki oleh Pemerintah Indonesia untuk mencapai komitmen tersebut. Dengan demikian, diharapkan akan terjalin diskusi dan kerjasama yang lebih erat nantinya. Hal ini mengingat perubahan iklim adalah masalah yang harus ditangani bersama di tingkat global dengan semangat bergotong royong”

    Utusan Khusus Presiden RI Bidang Pengendalian Perubahan Iklim, Rachmat Witoelar, berada di New York untuk menghadiri serangkaian pertemuan, antara lain Penandatanganan Kesepakatan Paris di Kantor Pusat PBB, yang juga akan dihadiri oleh Menteri Lingungan Hidup dan Kehutanan. Disamping itu, Rachmat Witoelar akan hadir pada pertemuan Major Economies Forum on Energy and Climate yang akan membahas mengenai pertemuan COP ke-22 di Maroko, emisi di pertengahan abad ini, serta peluang penurunan emisi gas rumah kaca. *

    Berita Terkait

    BMKG Dorong Langkah Kolaboratif Atasi Perubahan Iklim di World Water Forum 2024

    Data dan informasi yang diberikan BMKG diharapkan berdampak tidak hanya dalam sebuah kebijakan namun juga pemahaman bagi seluruh masyarakat Selengkapnya

    Presiden dan Anggota Kabinet Indonesia Maju Sampaikan SPT Pajak di Istana Negara

    Batas akhir penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Tahun Pajak 2023 adalah tanggal 31 Maret 2024. Selengkapnya

    Indonesia Jajaki Peningkatan Kerja Sama Transformasi Digital dengan Australia

    Menteri Anas juga mengusulkan dua hal yang dapat ditempuh sebagai penguatan kolaborasi Indonesia-Australia. Selengkapnya

    Serahkan Bantuan Program Indonesia Pintar, Presiden: Semua Harus Sekolah

    Guna mewujudkan hal tersebut, Presiden mengatakan bahwa pemerintah terus berupaya untuk memberikan bantuan dalam bidang pendidikan. Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA