Kota Berjuluk Sunrise of Java Terpilih Jadi Smart City

Kota dengan julukan populer ‘Sunrise of Java’ itu dipilih oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama 25 daerah lain melalui seleksi yang melibatkan Kemenkominfo, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi), dan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi).

Para kepala daerah dari 25 kabupaten/ kota itu menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Menkominfo Rudiantara di Makassar kemarin sekaligus untuk memulai Gerakan Menuju 100 Smart City sebagai pengembangan dari 25 daerah yang telah dipilih.

“Kami bersyukur Banyuwangi bisa terpilih dalam jajaran 25 kabupaten/ kota bersama daerah-daerah yang mayoritas adalah daerah mapan. Ini kehormatan bagi Banyuwangi sebagai daerah yang sebelumnya nyaris tidak terdengar,” ucap Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. Dia menambahkan, dengan pendampingan 25 daerah untuk semakin menyempurnakan penerapan konsep smart city, Banyuwangi diharapkan bisa menjadi lebih maju.

“Di Banyuwangi sebenarnya kami menyebutnya sebagai smart kampung karena basis kami memang di desa yang sebelumnya mungkin tidak mengenal teknologi informasi. Sekarang secara bertahap kita dorong untuk meningkatkan pelayanan publik dan menggerakkan ekonomi lokal,” kata bupati berusia 43 tahun itu.

Anas melanjutkan, Banyuwangi telah mengembangkan smart kampung secara bertahap sejak 2016. Smart Kampung saat itu diresmikan langsung oleh Menkominfo Rudiantara. Program ini memadukan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), kegiatan ekonomi produktif, kegiatan ekonomi kreatif, peningkatan pendidikan-kesehatan, dan upaya pengentasan kemiskinan.

“Program ini kami gagas salah satunya untuk mendekatkan pelayanan publik hingga ke level desa. Infrastruktur teknologi ini jangan hanya di kota besar karena justru wilayah Indonesia didominasi oleh desa-desa yang lokasinya jauh dan terpencil. Smart Kampung Banyuwangi telah menjangkau hingga desa-desa yang jauh seperti desa yang ada di Purwoharjo, Pesanggaran, Wongsorejo, Glenmore, Siliragung, dan Muncar,” sebut Anas.

Sampai saat ini sudah ada 80 desa yang menjalankan smart kampung dari 189 desa yang ada di Banyuwangi. Targetnya, semua desa telah menjalankan program ini hingga awal 2018. “Sejumlah urusan kependudukan bisa diselesaikan dengan smart kampung seperti surat pernyataan miskin (SPM) untuk mendapatkan layanan kesehatan secara gratis.

Smart Kampung ini menjadikan balai desa sebagai pusat aktivitas warga,” ungkap Anas. Desa di Banyuwangi juga telah menjalankan e-village budgeting yang menyinergikan keuangan dan pembangunan di tingkat desa dengan kabupaten. “Pengawasan program juga dilakukan melalui sistem lengkap dengan titik koordinat dan gambar perkembangan proyek pembangunan sehingga menutup celah ada proyek ganda atau fiktif. Kita menyebutnya e-village monitoring ,” ujar dia. Sebelumnya Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko menyebut 80% dari 189 desa di Banyuwangi telah merampungkan pembangunan smart kampung.

“Kabupaten Banyuwangi ini sudah mendapatkan nilai terbaik dalam pelayanan masyarakat, konsekuensinya Smart Kampung harus 100% siap di desa-desa. Jangan sampai ditinjau ternyata belum siap,” kata Yusuf. Yusuf juga mengatakan, smart kampung memang lebih sulit dibangun daripada smart city karena smart city berada di kota, sedangkan smart kampung berada di desa. (rzy)

Source : http://economy.okezone.com/read/2017/05/23/470/1697782/kota-berjuluk-sunrise-of-java-terpilih-jadi-smart-city