FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    16 06-2017

    5012

    Riset: Kesadaran Keamanan Siber Di Masyarakat Masih Rendah

    Kategori Sorotan Media | fadhil

    RMOL. Serangan ransomware wannacry beberapa waktu lalu diakui Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) turut andil mendorong lahirnya Badan Siber dan Sandi Negara.

    Bahkan karena sangat berbahayanya serangan wannacry tersebut, Kominfo harus mengeluarkan imbauan untuk melakukan setting pada komputer masyarakat.

    Namun dari penelitian yang dilakukan Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) di sembilan kota besar tanah air, praktis hanya ada 33 persen masyarakat yang mengikuti imbauan dari Kominfo. 

    "Ini juga menjelaskan bahwa masyarakat kita di perkotaan sebenarnya masih enggan untuk melakukan pengamanan pada aset yang terkoneksi ke wilayah siber," ujar akar keamanan siber yan juga Chairman CISSReC Pratama Persadha melalui rilis yang diterima redaksi. 

    Dalam pemaparan hasil risetnya Rabu (14/6), Pratama menjelaskan, ada kecenderungan masyarakat Indonesia enggan untuk melakukan pengamanan siber secara mandiri. Ini bisa disebabkan oleh masyarakat yang memang belum merasakan langsung akibat serangan siber maupun dorongan dari pemerintah yang harus lebih kuat lagi.

    "Selain wannacry, hasil riset kami juga menyebutkan sebenarnya masyarakat di kota besar tanah air sudah menyadari ada resiko keamanan pada SMS dan internet banking perbankan, juga e-commerce. Namun di saat yang sama hanya ada 25 persen masyarakat yang tahu resiko ATM kita yang sebagian besar Windows XP. Ini tentu situasi yang tidak bagus," urainya.

    Windows XP sendiri dukungan keamanannya sudah dihentikan oleh Microsoft sejak 2013. Ini yang menjadi alasan banyaknya tindak kejahatan skimming pada ATM di tanah air, dan uniknya banyak pelakunya berasal dari warga negara asing.

    Dari hasil riset CISSReC, beber Pratama, 57 persen responden menjawab tidak yakin dengan keamanan SMS/internet banking di Indonesia. Hanya 43 persen responden yang menjawab yakin dengan keamanan SMS/internet banking di Indonesia. Lalu 66 persen menjawab tidak yakin dengan keamanan e-commerce di Indonesia. 

    "Masih ada 34 persen responden yang merasa yakin dengan keamanan e-commerce di Indonesia," sebutnya.

    74 persen dari responden menyatakan bahwa mereka paham dan sadar bahwa memasukkan data pribadi ke aplikasi atau layanan online berpotensi mengganggu privasi. 13 persen-nya mengatakan tidak masalah sementara sisanya yang 13 persen menyatakan tidak tahu.

    75 persen responden menjawab tidak pernah menjadi korban peretasan akun e-mail dan media sosial. 19 persen menjawab pernah menjadi korban peretasan. Sisanya menjawab tidak tahu apakah pernah mengalami peretasan akun e-mail dan media sosial.

    81 persen responden menganggap privasi sangat penting untuk dilindungi. Empat persen tidak menganggap perlindungan privasi penting dan 14 persen menganggap tidak tahu apakah perlindungan privasi itu penting atau tidak.

    Dengan beberapa fakta di atas, menurut dia, jelas pemerintah wajib mendorong industri perbankan dan semua sektor yang menggunakan sistem informasi elektronik untuk meningkatkan keamanan sistemnya. 

    "Jadi kita berharap dengan adanya BSSN, pemerintah bisa mendorong dua hal sekaligus. Pertama mendorong kesadaran keamanan siber di masyarakat. Lalu kedua, pemerintah mendorong semua instansi pemerintah dan swasta untuk meningkatkan keamanan sistem informasi elektronik," terangnya. 

    Dua hal ini tidak hanya akan mendorong ekonomi lebih cepat, jelas Pratama, tapi juga stabilitas politik dan kedaulatan nasional.

    Populasi survei ini adalah warga negara Indonesia di sembilan kota besar meliputi DKI Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Palembang, Bali dan Makasar. 

    Survei ini menggunakan metode stratified multistage random sampling. Jumlah sampel dalam survei ini adalah 400 responden dengan margin of error 4,9 ersen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Metode pengumpulan data adalah responden terpilih diwawancara secara tatap muka menggunakan kuesioner oleh pewawancara yang telah dilatih. 

    Pengambilan data survei (penentuan responden dan wawancara di lapangan) dilaksanakan pada 1-9 Juni 2017.[wid] 

    Sumber: http://ekbis.rmol.co/read/2017/06/15/295757/Riset:-Kesadaran-Keamanan-Siber-Di-Masyarakat-Masih-Rendah-

    Berita Terkait

    Indonesia ajak Perancis bangun konektivitas nasional

    Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengajak pemerintahan Perancis membahas kerja sama antara dal Selengkapnya

    Lewat KIM, Kominfo Manfaatkan Karang Taruna dan PKK Desa untuk Menyebarkan Informasi Pilkada

    Kelompok Informasi Masyarakat ( KIM) memiliki banyak cara untuk mendekati masyarakat agar informasi tentang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada Selengkapnya

    Indonesia Angkat Isu Keamanan Data Di Pertemuan G20 Tingkat Menteri

    Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengedepankan isu kedaulatan dan keamanan data pada pertemuan Selengkapnya

    Google dan Kominfo Resmikan Google Cloud Jakarta Region

    Google bersama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) meresmikan Google Cloud Region Jakarta. Dirancang mendukung pelanggan Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA