FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    09 04-2015

    6647

    Penataan Ulang Frekuensi 1800 Mhz Sudah 99 Persen

    Kategori Sorotan Media | sorotan.media

    Penataan Ulang Frekuensi 1800 Mhz Sudah 99 PersenJakarta - Pemerintah melalui Kementerian Telekomunikasi dan Informatika (Kominfo) dan operator telekomunikasi akhirnya menyepakati cara melakukan refarming (penataan ulang) frekuensi 1800 Mhz yang digunakan untuk teknologi 4G LTE. Empat operator (Telkomsel, XL, Indosat dan Tri) sepakat menggunakan metode step wise.

    "Refarming 1800 Mhz sudah 99 persen, tinggal finalisasi sama saya dan operator. Pokoknya sebelum tanggal 15 April, saya harapkan bisa duduk dengan operator untuk finalisasinya. Metodenya akan dipakai step wise, di antara direct dan indirect,” kata Menkominfo Rudiantara saat seminar bertema Delivering Mobile Broadband Benefit To Indonesia, di Jakarta, Selasa (7/4).

    Metode step wise adalah perpaduan antara metode direct dan indirect, agar frekuensi 1800 Mhz bisa digunakan teknologi netral untuk digelar layanan 4G LTE. Sebelumnya, keempat operator tersebut dihadapkan dengan metode direct dan indirect. Sayangnya, masing-masing operator mempunyai pendapat yang berbeda tentang dua metode tersebut, akibatnya terjadi tarik ulur dalam pelaksanaannya.

    "Yang pasti sebelum 15 April saya akan duduk dengan para operator untuk finalisasinya. Kemudian akan dieperkuat lagi dengan Kepmen (Keputusan Menteri) pada Juni (2015), sehingga semester II itu 40 cluster lebih itu sudah mulai diatata, entah mulai dari mana, silahkan operator yang menentukan," ujar Rudiantara.

    Metode direct yang dimaksud berarti migrasi frekuensi dilakukan serempak pada suatu cluster. Sedangkan metode indirect berarti migrasi tersebut dilakukan bertahap dengan menyediakan kanal kosong untuk transisi.

    "Kita percaya pada operator. Mereka tidak melihatnya sebagai kepentingan masing-masing, melainkan kepentingan industri. Karena kita kan sepakat bahwa broadband itu memang harus menjadi tujuan kita, ada beda-beda sedikit bisa diselesaikan lah," ujar Rudiantara.

    Rudiantara juga mengingatkan, pengguna layanan telekomunikasi punya kemungkinan merasakan gangguan saat berlangsung proses migrasi. Misalnya dalam hal penurunan kualitas jaringan. Apalagi masih ada 180 juta pelanggan yang menggunakan pita 1.800 MHz.

    Skenario penataan per cluster dilakukan untuk meminimalisasi gangguan itu. Pertimbangan pemilihan cluster pun didasarkan pada wilayah yang implikasinya ke pelanggan cenderung minim, efisien, dan bisa dilakukan dengan cepat.

    "Prinsipnya, kecepatan, efisiensi, dan juga supaya tidak terjadi refarming lagi," jelas Rudiantara.

    Sedangkan President Director & CEO PT XL Axiata Tbk, Dian Siswarini menuturkan, sebelum dilakukan launching teknologi 4G LTE di frekuensi 1800 Mhz secara komersial harus adarearrangement. Rearrangement tersebut melibatkan semua operator yang memiliki spektrum di pita 1800 Mhz, yang kemudian dilanjutkan ke tahap staging. Oleh karena itu, diperlukan waktu untuk melakukan di semua cluster di seluruh Indonesia.

    "Jadi metodenya wise step. Dan itu mulai dilakukan pada semester II-2015, dan masyarakat akan menikmati real 4G. Insya Allah, diusahakan pada kuartal IV atau Desember 2015, real 4G sudah bisa dinikmati di seluruh Indonesia," tutur Dian.

    Dian menuturkan, saat proses refarming sudah pasti ada gangguan terhadap pengguna 2G yang bisa berpotensi terjadinya class action (gugatan masyarakat). Namun, pihaknya sudah berbicara dengan Kemkominfo agar proses realokasi ini terlebih dahulu disosialisasikan kepada masyarakat. Sebab, XL sendiri mencatat, sekitar 70 persen pelanggannya adalah pengguna 2G. Artinya, sekitar 40 juta pelanggan dari total pelanggan XL sekitar 68 juta adalah pelanggan 2G.

    "Kita sudah bicarakan dengan Menkominfo, bagaimana supaya realokasi memang diharuskan sehingga dimengerti bersama. Sesama operator juga sekarang sudah mencapai kesepakatan mengenai urutannya. Kesepakatan itu bukan berdasarkan kepentingan pihak tertentu, karena memang network dari masing-masing itu berbeda, kemudian komposisi dari pelanggannya juga berbeda-beda pula. Jadi, sudah ada kerjasama sehingga bisa berjalan dengan baik," terang Dian.

    Lebih lanjut, Senior VP LTE Project PT Telkomsel Hendry Mulya Syam mengungkapkan, metode penataan step wise akan dimulai dari cluster dengan jumlah pelanggan 2G yang paling sedikit. Hal itu untuk menghindari dampak terhadap penurunan kualitas layanan. Metode step wise, kata dia, adalah solusi terbaik yang akan digunakan saat ini, walaupun sebenarnya metode indirect(frekuensi buffering) merupakan salah satu opsi yang diharapkan Telkomsel.

    "Ini (step wise) adalah solusi terbaik yang kita gunakan di Indonesia, walaupun sebenarnya yang lebih baik menggunakan frekuensi buffering," jelas Hendry.

    Saat ini, lanjut Hendry, pelanggan 2G Telkomsel masih sekitar 80 juta pengguna dari total pelanggan sekitar 140 juta pelanggan di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, pelanggan 3G sekitar 40 juta, dan 4G sekitar 250 ribu. Target untuk pelanggan 4G pada tahun ini (2015) sekitar 50 persen dari market industri yang ada.

    "Strateginya, kita akan terus membangun network dan terus berkolaborasi dengan toko-toko untuk distribusi device 4G ke pelosok-pelosok yang belum memiliki handset 4G. Kita harapkan semester II (2015) 4G sudah bisa komersialisasi, dan kita akan terus mengembangkan ke kota-kota lain di seluruh Indonesia,” kata Hendry.

    Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi berharap metode step wise efektif mendorong percepatan penerapan 4G di Indonesia. Namun, lanjut dia, pilihan metode apa pun sebenarnya tidak ada masaalah. Yang terpenting, operator mau berkorban dan bekerjasama untuk mewujudkan penerapan 4G.

    "Sebenarnya pilihan apa pun bisa jalan, yang penting operator mempunyai kesepakatan dan mau bekerjasama. Intinya mau berkorban. Kalau gak mau berkorban agak susah, berat. Dari awal penataan ini memang agak rumit. Saya berharap penerapan 4G bisa segera dikomersialisasikan," ucap Heru.

    Emanuel Kure/FER

    Sumber: http://www.beritasatu.com/digital-life/263638-penataan-ulang-frekuensi-1800-mhz-sudah-99-persen.html

    Berita Terkait

    Penggunaan Aplikasi Telekonferensi Naik 443 Persen Sejak Pandemi

    Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat penggunaan aplikasi telekonferensi naik pesat hingga 443 persen sejak pandemi viru Selengkapnya

    Kewenangan Realokasi Frekuensi tak Boleh Melanggar UU

    Dalam waktu dekat Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akan menerbitkan aturan mengenai merger dan akuisisi (M&A) di industri tel Selengkapnya

    Penetapan Frekuensi Jaringan 5G Usai Event WRC pada Oktober 2019

    Indonesia akan menetapkan frekuensi jaringan Internet generasi kelima atau 5G setelah pelaksanaan Konferensi Komunikasi Radio Dunia (WRC) ya Selengkapnya

    Harga Pita Frekuensi 5G Masih Digodok

    Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) masih menggodok harga lelang pita frekuensi untuk 5G. Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA