FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    11 02-2016

    4320

    Presiden: Para Menteri Harus Kendalikan Arah dan Kebijakan Anggaran Kementeriannya

    Kategori Rilis Media GPR | mth

    Dalam sidang paripurna kabinet sore hari ini, Rabu, 10 Februari 2016, Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2017  harus  terjadi perubahan total. "Artinya, Menteri betul-betul mengendalikan anggarannya dan tidak diberikan ke bawahannya," kata Presiden.

    Jajaran di bawah menteri, lanjut Presiden, mulai dari direktur jenderal,‎ direktur hingga di bawahnya hanya memberikan perincian, tetapi arahan  rencana program dan kebijakan anggaran harus dipegang menteri. 

    Presiden meminta agar penggunaan anggaran tidak berprinsip lagi pada "money follow function", karena selama ini seringkali penggunaan anggaran dibagikan sesuai dengan struktur organisasi kementerian. Di Kementerian PU dan Perumahan Rakyat misalnya, anggaran Rp 100 Triliun, dimana terdapat 11 direktorat jenderal dan langsung diberi. Untuk jajaran di bawah setiap Direktorat Jenderal  terdapat direktur, dibagi lagi  dan dibawah direktur dibagi lagi ke kasubdit, dan akhirnya dibagi lagi ke kepala seksi. “Ini yang menyebabkan anggaran kita hilang tak berbekas, karena duitnya mengikuti organisasi yang ada,” ucap Presiden.

    Presiden menyadari bahwa organisasi merupakan suatu hal yang diperlukan, tapi harus diingat adanya program prioritas. Memang akan muncul pertanyaan pada bagian yang belum mendapat anggaran, “lalu saya kerja apa?" Masih banyak yang dapat dikerjakan, kata Presiden.

    Hal seperti itu seharusnya terjadi di semua kementerian, sehingga tidak perlu lagi yang namanya setiap unit dalam struktur organisasi kementerian selalu memiliki anggaran. “Itu namanya bagi rata, jadi tidak jelas fokus dan prioritas ke mana,” kata Presiden.

    “Jadi yang jelas, harusnya money follow program. Program kita apa, semua fokus ke situ, kalau tidak begini, tidak akan terasa oleh masyarakat.  Ini hal yang perlu dipersiapkan secara matang,” ucap Presiden.

    Presiden juga meminta untuk memangkas program yang nomenklaturnya tidak jelas dan tidak ada manfaatnya bagi rakyat. "Saya ingatkan lagi, kata-kata bersayap dengan menggunakan penguatan, pengembangan, pemberdayaan, lupakan itu," ucap Presiden.

    Presiden meminta agar penggunaan program langsung menyebut langsung keperluannya. Di Kementerian Kelautan dan Perikanan misalnya, membeli jaring, membeli benih atau membeli ikan. "Sehingga ngontrolnya mudah, mengawasinya menjadi mudah," kata Presiden. (Tim Komunikasi Presiden/Ari Dwipayana)

    Berita Terkait

    Presiden RI: Jadikan Samudera Hindia sebagai Lautan Kerja Sama

    Banyak potensi kerja sama yang bisa dijalin mulai dari sektor ekonomi biru, konektivitas maritim, hingga sumber daya energi laut yang berkel Selengkapnya

    Presiden RI di Balik Keamanan dan Kelezatan Menu Gala Dinner KTT ke-43 ASEAN

    Penyambutan penuh keramahan kepada para tamu negara tersebut dilaksanakan di Hutan Kota Gelora Bung Karno (GBK) yang berada di dalam kawasan Selengkapnya

    Menko PMK: ASCC Momentum Hasilkan Gagasan Strategis Tangani Kemiskinan

    keberhasilan pengentasan kemiskinan dalam tiga dekade terakhir dan kemampuan menghadapi lonjakan kemiskinan akibat dampak pandemi dan krisis Selengkapnya

    Pemerintah Keluarkan Paket Kebijakan Ekonomi VIII

    Pemerintah kembali mengumumkan Paket Kebijakan Ekonomi VIII, Senin (21/12) di Istana Kepresidenan, Jakarta. Paket kebijakan kali ini meliput Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA