FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    13 09-2018

    11561

    Petani Tetap Produktif Saat Musim Kemarau

    Kategori Artikel GPR | jabbar

    Sejak beberapa bulan terakhir, sejumlah sentra produksi pertanian terdampak musim kemarau. Tapi kekeringan tak menyurutkan petani Indonesia untuk berproduksi padi. Sejumlah langkah strategis turut dijalankan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) untuk memastikan petani tetap bisa tanam dan panen di segala musim.

    Perhatian besar yang diberikan Kementan melalui sejumlah langkah strategis tidak lepas dari arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang meminta jajarannya untuk mengantisipasi dampak musim kemarau terhadap sektor pertanian. “Semua turun tangan untuk meyakinkan bahwa kekeringan bukan halangan tetapi kesempatan. Seluruh pejabat Kementan turun ke lapangan untuk membantu petani mencari sumber air, mempertahankan pertanaman, dan bisa tetap panen,” ungkap Amran.

    Sebagai sesuatu yang niscaya, musim kering selayaknya tidak menjadi halangan untuk berproduksi. Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Sumarjo Gatot Irianto justru berkeyakinan bahwa musim kemarau bisa menjadi kesempatan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi jika dikelola dengan baik. "Musim kemarau bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin karena hama lebih sedikit, sinar matahari cukup baik untuk fotosintesis dan proses pengeringan. Jadi kualitas gabah lebih baik, biaya produksi juga bisa ditekan,” jelasnya optimis.

    Kemarau juga meruapakan kesempatan untuk mendorong Perluasan Areal Tanam Baru (PATB). Untuk itu, Kementan mendorong program pertanaman padi tidak hanya memanfaatkan lahan sawah, tapi juga mengoptimalkan lahan rawa dan kering.Pada musim kemarau, rawa yang semula tinggi muka air 1 meter, pada musim kering turun menjadi 20-30 cm. Lahan rawa sebagai lahan sub optimal memiliki potensi luas 12,3 juta hektare, namun pemanfaatannya belum optimal. Dari potensi tersebut, baru dimanfaatkan seluas 4,5 juta hektare (36,8%) untuk produksi pertanian.

    Sementara itu, luas lahan kering di Indonesia juga sangat besar, yakni 28,5 juta hektar termasuk  ladang, tegalan dan lahan yang tidak diusahakan menjadi PATB. "Pemerintah mendorong petani untuk menanam padi gogo. Targetnya tahun ini pertanaman 1 juta hektare pada tahun 2018 ini," terang Gatot.

    Selain pemanfaatan lahan suboptimal, Kementan juga memastikan lahan sawah masih tetap dapat dioptimalkan untuk menanam komoditas pangan, namun perlu diimbangi dengan upaya penyediaan air. “Pada musim kemarau, produksi padi sawah dapat diantisipasi dengan memanfaatkan embung, bendungan dan waduk. Selain itu, perbaikan sistem irigasi cukup bisa mengantisipasi dampak kekeringan,” ujarnya.

    Melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP), Kementan mendistribusikan bantuan pompa air. Tahun 2018 ini sudah tersebar bantuan pompa air ukuran kecil (3 inchi) sebanyak 7.315 unit, pompa air ukuran sedang (4 inchi) sebanyak 7.132 unit, serta pompa ukuran besar (6 inchi) sebanyak 1.964  unit. “Kami meminta daerah untuk dapat menggerakkan bantuan pompa air ke wilayah-wilayah yang masih memungkinkan untuk mengoptimalkan sumber daya air yang ada,” tutur Pending.

    Kementan juga membentuk tim khusus yang secara langsung terjun ke lapangan untuk berkoordinasi dengan sejumlah pihak melakukan pemetaan dan mitigasi terhadap daerah sentra produksi pertanian. “Kami turunkan tim khusus untuk berkoordinasi dengan pihak terkait, antara lain TNI, Kementerian PUPR, serta Pemerintah Daerah setempat dalam memetakan permasalahan, negosiasi penggelontoran air dari Bendungan, serta terlibat langsung melaksanakan pengawalan gilir giring sesuai jadwal yang telah disepakati,” ungkap Pending.

    Kementan juga turut mengaplikasikan sejumlah teknologi adaptasi untuk menanggulangi dampak kekeringan, di antaranya adalah penerapan Biopori dan Sumur Suntik. Pembuatan lubang bipori selain untuk mengantisipasi terjadinya banjir dengan membuat air hujan cepat meresap ke dalam tanah, juga membuat tanah tidak cepat kehilangan air pada saat musim kemarau. Sementara, pembuatan sumur suntik diharapkan dapat menjadi alternatif sumber pengairan pada saat memasuki  musim kemarau, terutama pada sawah tadah hujan.

    Dengan langkah tersebut, Kementan optimis produktivitas padi tetap terjaga untuk memenuhi kebutuhan nasional. Data Ditjen TP Kementan menunjukkan bahwa dampak kekeringan bisa diminimalisir. Dari 10 juta hektare luas tanam padi periode Januari- Agustus 2018, luas areal yang kekeringan hanya 135 ribu hektare atau 1,37 persen. Itu sudah termasuk yang terkena puso atau gagal panen yang hanya 0,26 persen atau 26.438 hektar dari total luas tanam. 

    Biro Humas Kementerian Pertanian

     

     

     

     

     

    Berita Terkait

    Indonesia Percepat Transisi Energi Melalui Kerja Sama Multilateral

    Selengkapnya

    Pertumbuhan Ekonomi Bali Semakin Positif pada Semester II

    Selengkapnya

    Pemerintah Tetapkan Protokol Kesehatan KTT G20

    Selengkapnya

    Protokol Masyarakat Produktif dan Aman Covid-19 Menuju Normal Baru

    Kementerian PPN/Bappenas merumuskan Protokol Masyarakat Produktif dan Aman Covid-19 untuk menuju normal baru, hidup berdampingan dengan Covi Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA