FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    09 10-2017

    1454

    Keamanan Siber Presiden dan Paspampres Dinilai Masih Lemah

    Kategori Sorotan Media | Evita Devega

    "Kita tak sadar bahwa kita itu dijajah, namun kita senang, mesti data kita sudah dimiliki orang asing (Google, Facebook, dan lain-lain)," kata Chairman lembaga riset keamanan siber Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) ini di Yogyakarta, Rabu 4 Oktober 2017.

    Pratama prihatin, ada seorang menteri dengan bangga mengatakan saat ini sudah teknologi tinggi, sehingga menyimpan data pada komputasi awan (cloud), fleksibel membuka data di mana saja. Namun, menteri tersebut tidak tahu lokasi server cloud tersebut berada.

    "Nah, ini masalah keamanan sangat lemah sekali. Data rahasia kementerian bisa dicuri orang asing, tanpa kita sadari. Orang lain tahu lebih dahulu, laporan apa yang akan disampaikan ke Presiden," ungkapnya.

    Tak hanya level menteri, keamanan siber juga masih sangat lemah, ketika Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) memberikan laporan perjalanan Presiden ke luar negeri, masih menggunakan surel tak berbahaya.

    "Saya juga tahu bahwa komunikasi pada pesawat kepresidenan belum ada backup-nya, sehingga kita komunikasi disabotase, maka pesawat akan buta di angkasa," ungkapnya.

    Pratama mengatakan, saat Presiden Joko Widodo gencar kampanye setop hoaks dan penyebaran ujian kebencian, ditindaklanjuti tindakan tegas Kominfo memblokir akun yang menyebarkan konten negatif internet tersebut. Namun, dalam pandangan pakar siber kelahiran Blora itu, tindakan Kominfo itu tidak akan maksimal. Sebab, ada lebih dari 400 penyedia layanan internet (ISP) di Indonesia.

    "Sangat sulit untuk membendung hoaks dan ujaran kebencian, meski saat ini polisi sudah gencar memburu penyebar hoaks dan ujaran kebencian. Hukuman pelaku masih rendah, sehingga hoaks dan ujaran kebencian masih marak," ungkapnya.

    Dia membandingkan, bagaimana penanganan hoaks di Tiongkok. Pemerintah Negeri Tirai Bambu itu memproteksi warganya dalam menggunakan dua ISP, sehingga dengan mudah dapat dilacak penyebar hoaks, atau ujaran kebencian.

    "Tiongkok tidak memonopoli ISP, namun melindungi warganya terhadap pengaruh negatif dari internet," ucapnya.

    Sumberhttp://www.viva.co.id/digital/963266-keamanan-siber-presiden-dan-paspampres-dinilai-masih-lemah

    Berita Terkait

    Lestarikan Sejarah, Kemenkominfo akan Digitalisasi Aksara Jawa

    Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berencana melakukan digitalisasi aksara Jawa. Tujuanya, agar peninggalan sejarah berup Selengkapnya

    Pemerintah Percepat Digitalisasi Televisi Nasional

    Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) saat ini tengah mengupayakan percepatan digitalisasi nasional, salah satunya digitalisas Selengkapnya

    Mencoba Fitur Terbaru PeduliLindungi Paspor COVID sampai Konsultasi Online

    Kementerian Kominfo telah meluncurkan fitur baru untuk aplikasi PeduliLindungi pekan kemarin. Dikutip dari laman kominfo.go.id, fitur-fitur Selengkapnya

    Kementerian Kominfo dan Polda Jambi gelar bimtek UU ITE

    Jambi (ANTARA) - Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) dan Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Jambi menggelar Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA