[Berita Foto] Menkominfo Audiensi dengan Diaspora Indonesia di Barcelona
Menteri Budi Arie mendorong Diaspora Indonesia di Spanyol memberikan sumbangsih bagi Indonesia. Selengkapnya
Jakarta, Kominfo – Meski belum seabad, namun perjalanan Bangsa Indonesia selama 71 tahun telah menorehkan banyak peristiwa dengan pena sejarah. Beberapa lembaran ukiran sejarah bangsa itu terdokumentasikan dalam prangko. Kisah dinamika politik Indonesia dapat disimak dalam pameran prangko di Lobby Nusantara Gedung DPR RI. Bertema "Politik Dalam Perangko", pameran filateli itu berlangsung pada tanggal 18 Agustus 2016 sampai dengan 26 Agustus 2016.
Tak kurang dari 960 jenis koleksi benda pos dipamerkan untuk memasyarakatkan filateli dan memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang sejarah bangsa dalam prangko. “Prangko selain menjadi benda yang memiliki value yang baik juga dapat menjadi sarana dalam mempelajari sejarah Indonesia. Sejarah bukan dari buku saja tetapi dapat ditelusuri juga lewat perposan”, kata Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dalam pembukaan pameran filateli di Lobby Nusantara, Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (18/8/2016).
Kegiatan itu, merupakan langkah awal dalam mempersiapkan kompetisi perangko tingkat dunia yang akan diselenggarakan pada tahun 2017 di Indonesia. Rudiantara mengatakan meski saat ini penggunaan prangko dan perangkat pos sudah mulai menurun dan tergantikan oleh surat elektronik (e-mail), namun harus disikapi dengan bijak, “Perubahan ini harus membuat diri kita compatible”, ujarnya.
Pembukaan itu selain meresmikan Pameran Filateli, juga dilakukan Penandatanganan Sampul Hari Pertama dan Prangko Peringatan Hari UlangTahun (HUT) Republik Indonesia dan HUT DPR RI ke-71. Pameran Filateli diakui oleh Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon juga dapat menjaga sejarah Bangsa Indonesia. “Banyak peristiwa sejarah yang didokumentasikan sebagai sebuah perangko maka dari itu prangko juga menjadi rekaman sejarah bangsa Indonesia," jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Fadli Zon juga mengatakan bahwa prangko pernah menjadi alat propaganda yang berhasil mempertahankan eksistensi negara Indonesia, ketika Belanda melakukan agresi militer pertama dan kedua. “Ketika itu pemimpin dan wilayah Indonesia sudah ada dalam penjajahan Belanda, hal yang saat itu masih hadir adalah Uang dan Prangko,” jelas Fadli Zon.
Hadir dalam acara itu, Wakil Ketua Komisi I, Sekjen DPR, Dirut PT Pos Indonesia, Ketua Umum PP PFI. (SINA)
Menteri Budi Arie mendorong Diaspora Indonesia di Spanyol memberikan sumbangsih bagi Indonesia. Selengkapnya
Menjadi literat digital berarti dapat memproses berbagai informasi, dapat memahami pesan dan berkomunikasi efektif dengan orang lain dalam b Selengkapnya
AMC akan melibatkan petugas pengelola media center terpilih sebagai penerima penghargaan. Selengkapnya
Sebagai bank sentral, BI tidak melakukan kegiatan komersial seperti menyimpan uang nasabah atau masyarakat umum seperti bank umum. Selengkapnya